Keindahan Motif Songket bagi Pengantin Palembang

Apabila di pulau Jawa, batik menjadi kain yang setia mendampingi kebaya atau beskap dalam setiap upacara pernikahan. Beberapa daerah di Sumatera seperti Palembang dan Sumatera Barat, punya songket yang juga berperan sebagai pendamping kebaya atau busana adat lainnya. Dalam catatan sejarah, songket sudah ada selama Kerajaan Sriwijaya berdiri. Selidik punya selidik, nama songket berasal dari dua kata yaitu “tusuk” dan “cukit”, lalu diakronimkan menjadi “sukit”. Kemudian nama “sukit” mengalami perubahan menjadi ”sungki”, hingga untuk terakhir kalinya “sungki” mengalami perubahan nama yang sampai saat ini masih terus dipakai, yakni “songket”.

Songket mempunyai karakteristik yang membuatnya indah dan berbeda di antara wastra nusantara lainnya. Ditenun dengan penuh kesabaran, pengerjaan sehelai songket dapat menghabiskan beberapa bulan tergantung kerumitan motif, ukuran, serta kehalusan tenun itu sendiri. Maka tidak heran, untuk selembar kain songket dibanderol dengan harga yang tidak murah. Tetapi meski mahal, seorang pria yang akan melamar kekasihnya rela membeli wastra antik ini demi memenuhi syarat barang hantaran yang wajib dibawa dalam prosesi antar-antaran. Dan songket yang diberikan tersebut menjadi songket yang dikenakan calon mempelai wanita di hari pernikahan.

Songket yang Kaya Corak
Kain songket mempunyai berupa-rupa motif yang cantik. Keranekaragaman motif dan warna, terutama pada songket Palembang, kabarnya dipengaruhi budaya asing seperti Cina dan India semasa berdagang di wilayah Kerajaan Sriwijaya. Bukti pengaruh kultur Cina terlihat dari salah satu motif songket yang disebut nago besaung (naga bertarung). Naga ialah salah satu hewan mitologi Cina yang menyimbolkan kemakmuran dan kejayaan. Simbol tersebut membawa makna harapan agar si pemakai juga mendapat kemakmuran dan kejayaan. Selain motif fauna, terdapat stilisasi flora, misal bungo mawar, bungo tanjung serta bungo melati.



Songket Pengantin

Dari sekian banyak motif songket, ada beberapa motif songket yang khusus diperuntukkan bagi kedua pengantin. Di antaranya tiga motif songket berikut yang sering dikenakan pengantin.

❶ Lepus
Kata lepus memiliki makna “menutupi”. Menutupi songket dengan motif dari benang emas yang ditenun hampir di seluruh permukaan songket. Motif lepus menjadi songket yang paling sering dipergunakan pengantin.

❷ Limar
Bertolak belakang dengan motif lepus, motif limar tidak mempergunakan benang emas atau perak dalam membentuk motif. Corak yang terbentuk berasal dari benang pakan yang dicelup pada bagian-bagian tertentu sebelum ditenun. Motifnya pun tidak penuh, sangat cocok bagi pengantin yang lebih menyukai segala hal yang lebih simpel.

❸ Nampan Perak
Nampan perak sering digunakan dalam banyak upacara adat untuk menyerahkan berkah, rezeki atau tanda penghormatan. Upacara ketika menyerahkan “uang usap” dalam tradisi pernikahan Palembang misalnya. Ketika ibu calon pengantin pria didampingi kolega perempuan lainnya datang untuk memberikan uang usap atau mas kawin pada keluarga calon pengantin wanita, uang usap tersebut akan diserahkan di atas nampan perak. Maka tidak salah jika benda ini dijadikan simbol pembawa berkah dan rezeki yang melimpah bagi kedua mempelai yang memilih songket motif nampan perak.

Foto Robby Suharlim

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP