Keindahan tradisi ranah Sunda mewarnai prosesi pra-nikah Baim Wong atau Mohammad Ibrahim. Digelar di kediaman keluarga Baim, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, rangkaian prosesi digelar sehari sebelum pernikahan Baim dengan wanita pilihannya, Paula Verhoeven.
Diawali dengan pengajian dimana Baim dan keluarga mengenakan busana bernuansa putih dan nude. kreasi Era Soekamto. Suasana terasa begitu sakral dengan pembacaan kalam Alquran dan shalawat Nabi Muhammad SAW. Acara pun dilanjutkan dengan rangkaian prosesi adat Sunda, yaitu ngecangkeun aisan, ngaras, ngebakan atau siraman dan diakhiri dengan sawer sinjang.
Mengenakan busana merah kreasi Poppy Karim, Baim dibimbing oleh papa dan mama dengan lilitan kain batik motif lereng bernuansa merah muda, melewati kain batik yang telah digelar di lantai menuju kursi yang telah disiapkan. Diiringi alunan kecapi suling serta lantunan shalawat Nabi, nuansa haru pun mulai terbangun. Setelah papa dan mama duduk di kursi, Baim bersimpuh di lantai dan dituntun oleh pemandu adat, Ustadz Heri Sukarno dari L.S Suarna Putra, Baim menyampaikan permintaan maafnya kepada papa dan mama.
Sambil menahan tangis Baim menyampaikan rasa syukurnya lahir di dalam keluarga yang begitu taat terhadap agama. “Banyak kesalahan yang Baim lakukan, pernah ambil uang mama papa, dan Baim janji untuk menggantinya ratusan kali. Mudah-mudahan janji Baim sudah terbayarkan. Yang pasti belum seberapa dengan yang papa berikan,”ungkap Baim. Baim juga memohon doa restu untuk menikahi Paula, yang semoga merupakan jawaban dari doa kedua orangtuanya selama ini.
Setelah memohon restu, Baim membasuh kaki mama dan menciumnya. Karena surga terletak di bawah kaki ibu, maka Baim mengharap surga dengan membasuhnya. Mama pun mendoakan Baim agar pernikahannya mendapat ridho dari Allah, menasihatinya agar membimbing istri dan mampu menjadi imam yang sabar. Dilanjutkan dengan membasuh kaki papa, Baim mendapat pesan untuk saling mencintai dan menerima kekurangan masing-masing.
Berlanjut sungkem ke nenek dan para sesepuh, selanjutnya Baim memohon doa restu kepada kakak-kakaknya. Sempat terlontar kalimat lucu dari mulutnya, “Capek nangis terus,” yang disambut dengan tawa dari para hadirin. Kedekatan Baim dan kakak-kakaknya terlihat begitu kental, sehingga prosesi ngaras ini berjalan begitu mengharukan. Bukan hanya Baim dan anggota keluarga, semua yang hadir pun ikut meneteskan air mata.