Foto: Dok. Vivi dan Erik by Antijitters
Perkembangan dan kemajuan zaman yang semakin pesat membuat generasi muda semakin tak mengenal tradisi. Masuknya beragam pengaruh dan budaya dari luar, membuat para milenials semakin jauh dengan akar budaya mereka sendiri. Namun di tengah kondisi yang cukup memprihatinkan tersebut, ada pergeseran pola pandang yang cukup menggembirakan. Para pasangan milenial ini justru tertarik untuk mengetahui budaya bangsanya dengan menggelar pernikahan berkonsep tradisi.
Fenomena menggembirakan ini dimulai dari para pasangan muda yang selama ini terpapar dengan budaya barat, lalu ingin menampilkan sesuatu yang berbeda pada hari istimewa mereka. Dari sekian banyak pernikahan tradisi yang ada di seluruh Indonesia, beberapa adat atau tradisi daerah tertentu lebih popular dan lebih sering digelar oleh pasangan pengantin, yaitu:
Foto: Dok. Vivi dan Erik by Antijitters
- Adat Jawa Solo atau Yogyakarta
Meski ada beberapa daerah di Jawa Tengah dan masing-masing memiliki tradisi pernikahan sendiri, namun kebanyakan pengantin Jawa lebih memilih tradisi Solo atau Yogyakarta untuk pernikahan mereka. Kedua tradisi pernikahan tersebut memiliki beberapa ritual yang harus dilakukan oleh pasangan calon pengantin. Mulai dari sebelum hingga sesudah pernikahan, seperti pasang tarub, siraman, dodol dawet, midodareni, hingga rangkaian ritual panggih yang terdiri dari balangan gantal, ngidak tigan, sungkeman, dan lainnya. Setiap prosesi mengandung makna filosofis yang adi luhung dan mengandung doa bagi kelangsungan rumah tangga dan kebahagiaan pasangan pengantin. Meski demikian, karena beberapa alasan terkadang tidak semua prosesi dilakukan oleh pasangan pengantin, hanya beberapa prosesi yang dianggap benar-benar penting saja.
Foto: Dok. Dea dan Gema by Polar
- Adat Sunda
Tradisi pernikahan yang juga sering digelar oleh pasangan pengantin adalah Sunda. Seperti dalam tradisi Jawa, dalam adat Sunda pun pasangan pengantin menjalankan beberapa prosesi, mulai dari sebelum hingga setelah pernikahan berlangsung. Biasa digelar sehari sebelum pernikahan, rangkaian prosesi tersebut dimulai dari seserahan, siraman dan ngeyeuk sereuh. Dan setelah akad nikah atau pemberkatan dilakukan dengan rangkaian prosesi seperti sawer, meuleum harupat, nincak endog, huap lingkung dan sebagainya. Seperti dalam tradisi Jawa, setiap prosesi dalam tradisi Sunda pun mengandung makna baik bagi pasangan pengantin.
Foto: Dok. Elsa dan Denny by The Potomoto
- Adat Minang
Bergeser dari Pulau Jawa, beberapa tradisi pernikahan yang berasal dari Pulau Sumatera pun kerap digelar oleh pasangan pengantin. Salah satu yang cukup sering ditemui adalah pernikahan adat Minang. Meski tak sebanyak Jawa, tradisi pernikahan adat Minang pun memiliki beberapa prosesi yang harus dilakukan. Mulai dari malam bainai yang biasa digelar sebelum pernikahan, hingga beberapa prosesi lain yang digelar pada hari atau setelah pernikahan seperti manjapuik marapulai atau menjemput mempelai pria, balantuang kaniang, mangaruak nasi kuniang, serta bamain coki. Salah satu cirri khas dari pernikahan Minang adalah dekorasi pelaminan yang berbentuk rumah bagonjong atau rumah adat Suamtera Barat.
Foto: Dok. Anjani dan Berman by Mindfolks
- Adat Palembang
Selain Minang, tradisi pernikahan dari tanah Sumatera yang juga sering dilangsungkan adalah pernikahan adat Palembang. Nuansa merah dan keemasan senantiasa menghiasi pernikahan adat Palembang, mulai dari dekorasi hingga busana pengantin. Meski akhir-akhir ini cukup banyak pasangan pengantin yang mengganti warna khas ini dengan warna lain untuk menghadirkan kesan yang lebih modern. Pada pernikahan adat Palembang ini, rangkaian prosesi Munggah biasa digelar setelah akad nikah, seperti ndulangi penganten dan cacapan. Namun ada satu prosesi yang menarik dan selalu ditunggu tamu undangan yaitu tarian pagar pengantin, dimana mempelai wanita menari di atas nampan bertabur bunga mawar, di depan pelaminan bersama beberapa pengantin lain, dan disaksikan oleh mempelai pria. Tarian ini menggambarkan bahwa setelah menikah, ruang gerak mempelai wanita menjadi lebih terbatas dibandingkan saat ia masih melajang.
Foto: Dok. Lidya dan Indra by Iluminen
- Adat Batak
Sumatera Utara sebagai asal muasal suku Batak memiliki begitu banyak tradisi pernikahan. Setiap etnis memiliki prosesi sendiri-sendiri, mulai dari Batak Toba, Batak Karo, Batak Mandailing, Simalungun dan lainnya. Pernikahan tradisi Batak umumnya digelar di gedung-gedung yang memang khusus untuk pernikahan adat Batak. Namun untuk beberapa pasangan pengantin yang ingin tampil lebih modern, mereka kerap menggelar di venue yang lebih umum, atau bahkan di ballroom hotel. Prosesi yang umum dilakukan adalah mangulosi yaitu pengalungan kain tenun khas Sumatera Utara yang biasa disebut ulos. Menurut sejarah, ulos adalah kain yang diharapkan bisa mengayomi dan memberi kehangatan kepada pemakainya. Pemberian ulos dimaknai sebagai perlindungan dan kasih sayang dari si pemberi kepada si penerima ulos.