Cerah dan warna-warni. Begitu kesan yang terlintas pertama kali ketika melihat busana adat yang dikenakan kedua pengantin dalam pernikahan adat Sulawesi Selatan. Terdiri dari empat suku seperti Makassar, Bugis, Mandar dan Tanah Toraja, keempat etnis yang mendiami Sulawesi Selatan ini memiliki busana adat yang hampir sama. Baju bodo, begitu baju kurung tipis dari bahan serat nanas ini disebut dalam bahasa Makassar. Hal yang menarik selain warna yang selalu terang, baju bodo pun memiliki siluet yang unik. Berukuran longgar, baju bodo berciri dari lengan pendek agak menggelembung yang dibentuk dengan cara dililit oleh sima taiya pada bagian lengan.
Tidak hanya masyarakat Bugis saja yang mengenakan baju bodo dalam pernikahannya, suku Makassar dan Mandar pun mengenakan baju bodo meski terdapat perbedaan di antara ketiganya. Baju bodo Makassar dan Bugis hampir tidak memiliki perbedaan, masing-masing berbahan tipis transparan dengan panjang lengan di atas siku. Untuk ukuran panjang-pendeknya pun masih diatur sesuai status sosial, meski kini sudah mulai berubah dan ditinggalkan. Sedangkan baju bodo Mandar memiliki karakteristik yang sedikit berbeda, seperti bahan baju yang tebal tidak transparan, panjang lengannya pun tiga perempat dan tidak mengenal status sosial dengan kata lain strata apapun dapat memakainya.
Seperti pelangi, baju bodo terdiri dari aneka warna yang meliputi hijau, merah cabai, merah tua, ungu, hitam dan putih. Deretan warna tersebut bukan tanpa arti, tiap warna memiliki simbol yang mengandung makna. Misal warna hijau hanya diperuntukan bagi wanita bangsawan, merah cabai untuk gadis-gadis remaja, ungu untuk wanita yang pernah menikah, merah tua khusus untuk wanita yang telah menikah, hitam untuk wanita baya, dan putih untuk inang pengasuh. Namun seiring waktu pembagian warna tidak lagi menjadi panutan, sekarang tiap wanita bebas memilih warna yang mereka sukai. Contohnya baju bodo berwarna hijau yang paling banyak dipilih para calon pengantin dapat dikenakan meskipun calon pengantin bukan dari keturunan ningrat.
Tidak lengkap rasanya memakai baju bodo tanpa dipasangkan dengan kain sarung. Dalam bahasa Bugis Bone kain sarung disebut lipa’. Lipa’ dalam tiap-tiap daerah pun berbeda-beda sesuai dengan asal daerahnya. Karakteristik corak umumnya dibedakan dalam ukuran, ada corak yang berukuran kecil tetapi ada juga yang berukuran besar.
Foto: King Foto (Dok. Eva dan Arga), Analendro Photography (Dok. Mardiana dan Emanuele), Bernardo Pictura (Dok. Nadia dan Rabindra)