Masing-masing calon pengantin menyimpan cerita manis dan buruk yang dialami selama menjalani persiapan pernikahan. Meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin, masalah tidak dapat ditolak yang kadang memperumit proses persiapan. Dengan berbagi pengalaman, para pengantin yang pernah berada di posisi tersebut berharap calon pengantin berikutnya dapat memetik pelajaran agar tidak kembali terulang.
Sepasang pengantin yang usai melaksanakan pernikahan pada awal September lalu ingin berbagi pengalaman yang kurang mengenakkan. Terutama untuk vendor undangan dan souvenir yang sulit dihubungi hingga mendekati hari-H.

“Undangan yang dicetak di salah satu percetakan tidak selesai sesuai jadwal yang dijanjikan oleh pihak vendor sekitar 2 minggu setelah tanggal yang dijanjikan baru selesai, itupun dengan berbagai alasan yang dibuat oleh vendor seperti salah cetak, cetak miring, dan lainnya. Setelah selesai cetak, hasil undangannya sangat jauh dari yang diharapkan. Tidak sesuai dengan contoh undangan yang diberikan, tipe kertas yang tidak sesuai, warna tulisan di undangan salah, nama mempelai salah, dari 700 undangan sekitar 100 undangan kotor.”
Seperti tidak lepas dari masalah persiapan, vendor souvenir tidak kalah membuat pengantin ini kerepotan.

“Souvenir kita bermasalah. Saya memesan 700 souvenir pada salah satu vendor souvenir melalui sebuah pameran di Jakarta. Saya pesan dari 2 Februari 2018, untuk pernikahan saya bulan September. Di perjanjian awal (invoice) sudah jelas tertulis bahwa vendor souvenir tersebut akan menyelesaikan souvenir saya pada awal bulan Agustus.. Akhir bulan Juli saya menanyakan kejelasan souvenir saya, dan pihak vendor meyakinkan saya kalo souvenirnya sedang diproses. Tanggal 7 Agustus, vendor tersebut baru menghubungi saya untuk CONFIRM DESIGN dan beralasan kalo pengiriman barang mereka terlambat tanpa menginfokan kepada saya. Setelah berdebat, pihak vendor berkata untuk MENGUSAHAKAN menyelesaikan souvenir saya tanggal 13 Agustus dan pada tanggal tersebut souvenir saya belum selesai. Pihak vendor berjanji akan menyelesaikan pada tanggal 15 Agustus, dan pahitnya pada tanggal tersebut masih belum selesai juga. Setelah itu vendor tersebut berkata bahwa souvenir saya siap 18 Agustus dan akan diantarkan ke rumah saya sendiri free ongkir. TERBUKTI SAYA TIDAK MENERIMA souvenir saya seperti yang dijanjikan. Saya mencoba hubungi pihak vendor tapi tidak ada respon sama sekali.
Saya Whatsapp dan telepon pada tanggal 20 Agustus masih tidak direspon dari pihak mereka. Sampai akhirnya saya comment di salah satu foto Instagram vendor tersebut mengenai complain saya (yang sudah dihapus tentunya). Setelah itu baru mereka respon baik di Instagram maupun Whatsapp dan menjanjikan akan diantar ke rumah saya jam 4 sore. Akhirnya sekitar jam setengah 9 malam mereka akan kirim melalui jasa antar ojek online ke rumah saya (tentu harus saya whatsapp terlebih dahulu). Tetapi saya tunggu sampai jam 11 malam belum ada kabar, saya Whatsapp tidak dibalas sampai akhirnya saya harus comment lagi di Instagram mereka lagi. Saya sampai meminta bantuan kuasa saya untuk menyelesaikan masalah ini. Pihak vendor baru merespond ketika Kuasa Hukum saya menghubungi mereka, akhirnya mereka mengirim 640 souvenir saya JAM 12 MALAM!! Yang saya terima hanya 638 pieces. Mereka berjanji akan mengirim sisa 62 pieces sore/malam keesokan harinya, saya tegas bilang harus sampai ke rumah saya jam 3 sore. Keesokan harinya saya tunggu jam 3 tidak ada kabar, akhirnya pihak vendor memang mengantar sisa 62 souvenir sekitar jam 00.30.”
Dari pengalaman tersebut, kita dapat mengevaluasi bahwa kualitas vendor dapat diketahui dari review klien-klien yang pernah bekerja sama dengan vendor tersebut. Jika review yang dibaca banyak keluhan sebaiknya mencari opsi vendor lain yang lebih baik. Sebagai sikap preventif agar vendor tidak menghambat persiapan dan menimbulkan kekacauan yang akan berujung merugikan pengantin.
Sulit dinilai berdasarkan brand, terkadang vendor yang sudah dikenal sekalipun kewalahan mengurus banyaknya permintaan calon pengantin hingga tidak mampu menampung semua. Kadang dengan dalih mengulur waktu pihak vendor berusaha menenangkan kliennya ketika sudah jatuh tempo dari tanggal perjanjian. Tetapi berada di posisi calon pengantin tersebut wajar mengkhawatirkan nasib souvenirnya. Akan lebih baik mencari jalan tengah seperti mencari vendor souvenir lain walau harus merelakan DP.
Foto: Dok. Istimewa