Manis, sedikit pedas serta gurih, adalah jejak yang ditinggalkan ragam sajian kuliner ranah Jawa. Tidak heran cita rasanya itu digandrungi oleh banyak orang.
Pilihan menu hidangan nusantara pada resepsi pernikahan, sepertinya merupakan hal yang tidak mungkin dihilangkan. Sebab selain rangkaian prosesi maupun busana adat pengantin, beragam menu masakan tradisional juga ikut mewakili identitas daerah asal kedua mempelai. Seperti hidangan yang jadi pilihan Weddingku Tradisional kali ini. Sebut saja: Nasi Liwet, Selad Solo, Tengkleng, dan Empal Gentong.
Dari namanya saja kita sudah mengetahui kalau masakan tersebut berasal dari ranah Jawa. Khususnya kota Solo, Jawa Tengah dan Cirebon, Jawa Barat. Ya, menyajikan menu masakan tradisional nusantara merupakan salah satu spesialisasi yang ditawarkan catering Puspita Sawargi. “Untuk kualitas maupun rasa masakan, saya selalu mengupayakan yang terbaik bagi klien kami,” ujar Lynda Permatasari, Direktur sekaligus pemilik Puspita Sawargi Wedding & Catering.
Tak berapa lama kemudian tiga menu hidangan khas Solo dan satu menu istimewa asal kota udang, Cirebon, Jawa barat, yakni empal gentong sudah tersaji apik di hadapan kami. Terus terang saja aroma wangi yang keluar dari masakan itu, sangat menggoda. Hidangan pertama yang kami tuju adalah nasi liwet. Nasi liwet merupakan sajian nasi yang disertai lauk pauk seperti, sambel goreng ati, suir opor ayam, sambel goreng jipang (sayur labu siam), telur rebus bumbu pindang dan areh (kuah santan kental), dalam setiap porsinya. Uniknya, nasi putih pada menu tersebut sudah memiliki rasa yang gurih.
Siluet aroma yang khas segera terasa, ketika suapan nasi masuk ke rongga mulut ini. Padu-padan bumbu rempah Indonesia, mulai dari santan, serai, daun salam dan garam, begitu menyatu dalam setiap bulir nasi putih yang hangat itu. Selanjutnya adalah sambal goreng ati. Dari warnanya yang merah merona, saya membayangkan akan ada ledakan rasa pedas dari masakan tersebut. Namun ternyata tidak demikian, cita rasanya cukup ramah di lidah. Sedikit pedas dan manis. Potongan atinya yang berbentuk dadu juga sangat empuk.
Tak jauh berbeda dari sambel goreng ati, rasa pedas jipang atau sayur labu siam juga tidak membuat lidah jadi terbakar. Opor ayam merupakan destinasi masakan yang juga membuat penasaran. Suir daging ayamnya juga tak kalah empuk. Bumbunya yang terdiri dari berbagai rempah serta jahe, menyesap sempurna. Begitu juga dengan pindang telur yang berwana coklat.
Makanan berikutnya yang tak luput dari perhatian adalah tengkleng. Makanan berkuah sejenis sup yang mirip dengan gulai. Namun dibandingkan gulai, tengkleng memiliki kuah yang lebih lebih encer. Biasanya potongan daging yang ada di dalam masakan ini menggunakan daging kambing beserta jeroan serta tulangnya. Namun tengkleng yang disajikan Puspita Sawargi berbeda. Dagingnya menggunakan daging sapi tanpa lemak. Kuahnya juga tidak menggunakan santan alias bening. Sebagai teman santapnya ada lontong dan kerupuk kulit. Sensasi rasa kuahnya agak sedikit asam menyegarkan.
Selat Solo, ini merupakan menu makanan sehat. Sajian terdiri dari daging sapi tanpa lemak yang dimasak semur, buncis, wortel, telur rebus dan kentang goreng. Baik secara presentasi sajian, Selat Solo ini terlihat begitu menarik. Warna daging yang coklat berpadu apik dengan semarak warna hijau, oranye nan segar dari buncis maupun wortel, ditambah warna kuning keemasan kentang goreng dan dwi warna telur rebus. Rasanya, hemmm…nikmat dan segar. Sayur rebusnya terasa garing dan manis. Itu menandakan proses perebusan yang tepat; matang namun tidak menghilangkan cita rasa serta vitamin yang ada. Dagingnya juga empuk dan dipotong. Rasanya sedikit manis khas daging yang dimasak semur.
Akhirnya penjelajahan rasa kami tiba pada menu terakhir, yakni empal gentong, sejenis gulai bersantan yang dipenuhi daging sapi. Dinamakan empal gentong lantaran potongan daging sapi, babat dan paru direbus bersama santan, bumbu rempah yang sudah dihaluskan di dalam gentong atau kuali. Setelah masak, daging ditiriskan kemudian dipotong kecil-kecil guna disajikan bersama kuah. Selain kerap disantap dengan nasi, empal gentong juga enak dimakan bersama lontong. Tidak seperti masakan Jawa Tengah yang manis, empal gentong memiliki rasa asin dan gurih. Begitupun dengan empal gentong buatan Puspita Sawargi. Dagingnya empuk dengan bumbu yang menyesap. Kuahnya kaya rempah. Ada kunyit, kemiri, bawang merah, cengkeh, pala ketumbar, dan klabet. Usai mencicipi berbagai menu hidangan itu, saya berkata dalam hati, tidak heran banyak orang yang jatuh hati pada kulinari tanah Jawa. Sebab, rasanya memang sunguh mengugah selera.
Teks Teddy Sutiady | Foto Sujanto HUANG | Katering Puspita Sawargi