Layaknya Mahkota Ratu, Ini Dia Makna Headpiece Pengantin dari Berbagai Daerah di Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan sarat adat serta budaya, maka dari itu, pernikahan yang digelar secara tradisional mengenakan busana dan atribut sesuai suku dengan ciri khas-nya masing-masing. Untuk para pengantin wanita, biasanya dipasangkan aksesoris headpiece dengan kemegahan bak Ratu zaman leluhur dahulu kala.

Namun, apakah kamu tahu, ternyata headpiece tersebut memiliki makna mendalam dengan bentuknya yang beragam, mulai dari Siger Sunda hingga Gelungan Agung dari Bali? Kulik lebih dalam dengan baca artikelnya hingga selesai.

Siangko

Adat Betawi menyebut headpiece untuk pengantinnya dengan nama Siangko yang biasanya dilengkapi dengan cadar perak atau emas. Makna yang dimiliki Siangko juga amat mendalam dan mulia yaitu kesucian dari seorang pengantin perempuan yang sebentar lagi akan menjadi seorang istri dengan hiasan burung Hong berjumlah 4 buah sebagai simbol dari 4 khalifah Nabi Muhammad SAW yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Siger Sunda

Berasal dari Jawa Barat, Siger yang digunakan oleh pengantin Sunda memiliki arti harapan dan doa, headpiece ini kebanyakan digunakan pada saat akad nikah, di mana pengantin menawan menaruh kehormatan, kearifan, dan kebijakannya sebagai prioritas dalam meniti pernikahan dan rumah tangganya, serta kembang tanjung yang berjumlah 6 pasang merepresentasikan arti kesetiaan.

Paes Solo Putri dengan 7 Cunduk Mentul

Walaupun mirip, ternyata paes yang dirias pada pengantin Jawa memiliki jumlah kembang goyang dengan arti yang berbeda. Paes Solo Putri memiliki bentuk unik layaknya telur bebek menyematkan kembang goyang yang berjumlah 7 atau sering disebut pitulungan. Makna dari 7 cunduk mentul ini adalah arti dari pitulungan yaitu pertolongan di mana harapan semoga rumah tangga sang pengantin akan terus diberi pertolongan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Paes Ageng Yogyakarta dengan 5 Cunduk Mentul

Bergeser ke Daerah Istimewa Yogyakarta, paes Ageng dengan prada emas yang dulunya digunakan oleh putra-putri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan 5 kembang goyang dengan pesan mulia yaitu 5 rukun Islam, yaitu dua kalimat Syahadat, salat, zakat, puasa, dan Haji yang dipadupadankan dengan berbagai aksesoris lainnya seperti gunungan, giwang, dan kalung susun.

Gelungan Agung

Mahkota emas satu ini berasal dari Bali yang wajib disematkan di pengantin wanita dalam busana adat yang disebut Payas Agung. Gelungan Agung dibentuk dengan susunan bunga sendat emas dihiasi mahkota emas dan Srinata berupa lengkungan simetris emas di dahi. Jumlah bunga sendat emas yang digunakan mengikuti bentuk wajah pengantin wanita biasanya 30 hingga 60 bunga kembang goyang emas untuk mencapai hasil simetris. Makna dari Gelungan Agung adalah lambang ratu di hari pernikahan penuh rasa bahagia sebagai bentuk rasa syukur atas perayaan meriah.

Suntiang

Headpiece ini melambangkan kebesaran mempelai wanita atau anak daro saat menikah. Biasanya Suntiang dihias dengan motif bebungaan seperti motif bunga kecubung, motif bunga melati, atau motif bunga mawar dengan motif bunga melati memiliki arti pengantin wanita menjadi ratu dalam sehari, motif bunga mawar menyimbolkan bahwa pengantin wanita memiliki tanggung jawab kepada pasangannya, sedangkan arti bunga kecubung melambangkan pengantin wanita harus mampu memenuhi kewajibannya. Dengan beratnya headpiece ini, Suntiang melambangkan tanggung jawab yang akan dipikul oleh seorang wanita saat berumah tangga serta pemahaman bahwa peran istri dan ibu bukan peran yang mudah, dan diharapkan bisa melaksanakannya dengan baik dan bijaksana.

Bulang Emas

Berasal dari Mandailing, Sumatra Utara, Bulang Emas berbentuk layaknya tanduk kerbau bertingkat yang melambangkan hewan kurban yang akan disembelih saat upacara adat sesuai jumlah tingkatannya. Mahkota ini juga sebagai pengharapan agar pengantin mampu melewati masa-masa sulit dalam rumah tangganya di kemudian hari.

Karsuhun

Dipakai dengan busana adat Aesan, headpiece Karsuhun diperkirakan memiliki berat hingga tiga kilogram. Warna emas dari Karsuhun adalah simbol keagungan Raja dari Kerajaan Sriwijaya dari Sumatra Selatan, Palembang pada masa kejayaanya, serta menggambarkan mahkota wanita yang bersifat lembut dan keibuan.

Siger Lampung

Nama headpiece “Siger” ternyata bukan hanya berasal dari Sunda, Jawa Barat, namun juga sebutan mahkota pengantin dari Lampung. Dengan berat sekitar empat kilogram, ujung runcingnya menyimbolkan sebuah aliran sungai. Siger Lampung juga memiliki makna kemandirian, keuletan, dan kegigihan, dan kehormatan mempelai wanita.

Terus update tren dan berita terkini pernikahan dengan men-download aplikasi Weddingku di smartphone-mu dan mengikuti media sosial Weddingku di Instagram, TikTok, Facebook, Pinterest, dan YouTube agar kamu tidak ketinggalan infonya!

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP