Keindahan budaya Jawa terpancar dalam setiap detail tata rias autentiknya. Salah satunya adalah Paes Jawa, yang memiliki makna mendalam dan simbolisme yang kaya. Dari Yogyakarta hingga Solo, Paes Jawa menunjukkan keanggunan dan kekayaan warisan budaya yang patut diapresiasi.
Mengapa Pengantin Menggunakan Paes?
Tidak hanya sekadar tata rias untuk mempercantik penampilan pengantin, tetapi juga memuat makna filosofis dan simbolis yang dalam. Paes merupakan bagian dari tradisi adat yang mempersembahkan identitas budaya dan nilai-nilai keagamaan. Selain itu, Paes juga menunjukkan keanggunan dan kemewahan dalam upacara pernikahan, menciptakan suasana yang sakral dan bersejarah bagi kedua mempelai serta kerabat dan tamu undangan. Dalam artikel berikut terdapat beberapa pembahasan mengenai 4 paes, yakni Paes Ageng Yogyakarta, Paes Yogyakarta Putri, Paes Solo Basahan dan Paes Solo Putri.
Paes Ageng Yogyakarta
Ciri khas pada paes ini yaitu penggunaan prada emas, dipadukan dengan dodotan atau busana kemben, menjadi identitas autentik pengantin Yogyakarta. Pada zaman kerajaan, paes ini hanya digunakan oleh putra dan putri Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, sehingga mengandung makna keistimewaan dan kebangsawanan. Memiliki pesan tersirat dalam di setiap detailnya, seperti aksesori yang digunakan: gunungan, giwang, kalung susun, dan kembang goyang. Pada paes ini juga mengandung makna filosofis, yakni melambangkan 5 rukun Islam: mengucapkan dua kalimat Syahadat, mendirikan Shalat, membayar Zakat, menjalankan ibadah puasa, dan menjalankan ibadah Haji.
Paes Yogyakarta Putri
Memancarkan keanggunan dengan tata rias autentik, paes ini umumnya dipadukan dengan kebaya beludru dan variasi lainnya. Keunikan dari paes ini terletak pada penggunaan aksesori gunungan dan kembang goyang, yang dipasang terbalik dengan jumlah kembang goyang hanya 1 buah. Ragam aksesori yang digunakan yakni gunungan, giwang, kalung, bros, dan kembang goyang. Terdapat makna dalam paes ini, yang terdapat dalam jumlah kembang goyang: 1 buah melambangkan Tuhan Yang Maha Esa, 3 buah melambangkan Trimurti yang bermakna Dewa Trimurti terdiri atas Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara, dan Dewa Siwa sebagai pembinasa, dan 5 buah melambangkan 5 rukun Islam.
Paes Solo Basahan
Ciri khas yang paling menonjol pada paes ini yakni, penggunaan warna hijau dengan busana dodotan, menciptakan pesona kecantikan khas adat Surakarta Hadiningrat. Keunikan pada paes ini adalah penggunaan aksesori Kembang Goyang yang disebut "alas-alasan", dengan motif flora dan fauna yang kaya akan makna seperti kupu-kupu, bunga matahari, kijang dan gajah dengan jumlah 9 buah. Namun, kini sesuai perkembangan zaman, banyak pengantin Solo memilih paes berwarna hitam, yang mencerminkan adaptasi modern namun tetap mempertahankan esensi tradisi.
Paes Solo Putri
Punya bentuk unik seperti telur bebek dengan ornamen lekukan di dahi, menciptakan kesan elegan bagi sang pengantin. Paes ini sering digunakan oleh para pengantin karena keindahannya yang terpancar melalui perpaduan riasan, paes, aksesori, dan bunga. Aksesori yang digunakan dalam paes ini mencakup sirkam, centung, giwang, kalung, bros, dan kembang goyang. Jumlah aksesori yang ada dalam paes ini memiliki filosofi dalam setiap angka nya, seperti 7 buah yang melambangkan `pitulungan` dan 9 buah yang mewakili Wali Songo, menambah pesona dan kekayaan filosofis paes tersebut.
Jika kamu ingin mengeksplorasi lebih banyak tips, informasi, dan tren seputar dunia wedding, jangan lupa untuk mengunjungi dan mengunduh Weddingku App. Follow juga media sosial Weddingku di di Instagram, TikTok, dan download Weddingku App di sini.
Narasumber: Enny Paes