Mengenal Rangkaian Prosesi Pra Nikah di Pernikahan Adat Batak Toba

Pernikahan adat dari wilayah Sumatra salah satunya Batak Toba ternyata memiliki prosesi yang beragam sebelum sampai ke pelaminan. Setiap sesi pra-nikah ini mampu mengantarkan calon mempelai ke perkawinan yang serasi, kuat, dan bahagia.

Ada enam prosesi yang adat Batak yang dijalani, yaitu:

Mangaririt
Tahap awal dari rangkaian pernikahan adat Batak adalah Mangaririt, yaitu di mana seorang laki-laki memilih seorang wanita untuk dijadikan sebagai istri, sesuai kriteria pribadi dan keluarganya. Hal ini hanya dilakukan oleh laki-laki yang belum mampu mencari atau merantau sehingga belum sempat memiliki pasangan. Jadi, saat dirinya kembali ke kampung halaman, keluarga dan kerabatnya membantu mencari wanita yang cocok untuk dijadikan istri.

Mangalehon Tanda
Jika pihak laki-laki sudah menemukan wanita yang cocok, maka tahap selanjutnya adalah Mangalehon Tanda yaitu memberikan tanda untuk satu sama lain. Pihak laki-laki biasanya memberikan calonnya sejumlah uang, sedangkan pihak perempuan menyerahkan kain sarung kepada pihak laki-laki untuk meresmikan hubungan bahwa keduanya terikat satu sama lain.

Marhusip
Berarti berbisik, Marhusip merupakan prosesi pra nikah untuk mendiskusikan secara eksklusif dan tertutup mengenai berapa nilai mas kawin yang akan disediakan pihak laki-laki untuk pihak perempuan. Hasil diskusi ini dijaga agar tidak tersebar menjadi informasi umum untuk mencegah dan menjaga jika terjadi ketidaksepakatan antar dua pihak yang berakibat kegagalan. Kegiatan ini biasanya dilakukan di rumah calon mempelai perempuan. Pembahasan diskusi ini di antara lain mengenai sinamot, suhut bolahan amak, tanggal pamasumasuon, dan tempat pernikahan.

Martumpol
Prosesi ini merupakan prosesi yang paling sering terdengar di telinga publik. Martumpol merupakan pertunangan antara laki-laki dan perempuan. Acara ini adalah acara di mana kedua calon mempelai menghadap ke para pengurus jemaat gereja untuk diikat dalam suatu janji menuju pernikahan (pemberkatan). Martumpol biasanya dihadiri oleh pihak keluarga dan kerabat pihak laki-laki dan perempuan dan dilaksanakan di gereja.

Marhata Sinamot
Marhata Sinamot merupakan pembicaraan mengenai sinamot (mahar) dari pihak laki-laki, hewan untuk disembelih, jumlah ulos yang akan dihadiahkan, jumlah tamu undangan untuk mempersiapkan pernikahan secara detail. Acara ini juga merupakan acara di mana orang tua laki-laki dan orang tua mengenalkan diri dan keluarga satu sama lain secara resmi. Setelah Marhata Sinamot ada beberapa acara lanjutan dari kesepakatan, terutama mengenai hewan yang akan disembelih, yaitu Pundut Saut. Pundut Saut adalah prosesi kerabat pihak laki-laki mengantarkan ternak yang telah disembelih untuk parboru (pihak perempuan) untuk disantap bersama dan dibagikan kepada anggota keluarga dan kerabat terdekat yang disebut jambar juhut. Di akhir acara biasanya kedua pihak akan kembali melakukan diskusi mengenai pamasumasuon yaitu pemberkatan.

Martonggo Raja
Prosesi terakhir sebelum acara pemberkatan adalah Martonggo Raja. Martonggo Raja merupakan perkumpulan keluarga besar di rumah masing-masing calon mempelai untuk melakukan upacara yang menyangkut Dalihan Na Tolu; lambang patrilineal, yang mana perempuan diwajibkan mengikuti suami dan menjadi anggota keluarga suami hingga keturunannya kelak, yaitu hula-hula, boru, dongan sabutuha, dan dongan sahuta.

Yuk, terus update tren dan berita terkini pernikahan dengan men-download aplikasi Weddingku di smartphone-mu dan mengikuti media sosial Weddingku di Instagram, TikTok, Facebook, Pinterest, dan YouTube agar kamu tidak ketinggalan infonya!

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP