Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Teruntuk Alm. Iwan Tirta, nama besarnya tidak akan mudah untuk ditinggalkan, karya-karyanya pun dapat dipastikan akan menjadi barang antik yang tidak akan bisa untuk dilupakan.
Kilas balik seorang maestro batik yang memulai karier di tahun 70-an, mencoba menuangkan rasa cipta dan karsa pada sepucuk kertas. Keriangan tangannya yang menari-nari di atas kertas kemudian diaplikasikan pada kain, hingga tercipta sebuah kain batik dengan ratusan, bahkan ribuan motif batik. Sungguh mengagumkan, decak kagum yang terpana akan karya-karya beliau tidak hanya berasal dari tanah air, dunia pun mengakui dan menobatkannya sebagai tokoh seniman paling berpengaruh versi Majalah Time. Atas prestasinya, almarhum Iwan Tirta mendapat tempat yang sejajar dengan Beethoven dan Mozart yang dinobatkan pada kategori yang sama.
Makin tinggi pohon, makin kencang angin bertiup. Di tengah perjalanan, datang sebuah ujian yang hampir membuat almarhum terpuruk. Kesalahan di masa lalu, ketika dengan kepolosannya beliau menerima tawaran untuk bekerja sama dengan salah satu perusahaan, dan memberikan hak paten atas nama Iwan Tirta kepada perusahaan itu. Tidak dinyana, nama besarnya disalahgunakan. Kepedihannya tidak dapat terbendung menyaksikan bagaimana nama dan karya-karyanya dirusak dengan jiplakan motif yang sama di atas kain bermutu rendah dan harga yang murah.
Membangun dari awal lagi, almarhum yang telah menyadari letak kesalahannya membuka perusahaan baru pada tahun 2008 dengan nama PT. Pusaka Iwan Tirta. Perusahaan yang masih berumur jagung ini gencar mengembangkan diri. Tidak hanya produktif dalam kain batik, motif batik yang menakjubkan pun diterapkan dalam keramik porselen. Tetapi apa daya, dua tahun berjalan beliau dijemput Yang Maha Kuasa. Sedih dan sangat kehilangan begitu dalam terasa oleh sahabat, keluarga dan pengagum karya Iwan Tirta.
Kini di Museum Tekstil, kita tidak hanya dapat mengenang namanya saja namun karya-karya batik almarhum baik dalam bentuk kain maupun porselen dapat dinikmati. Pameran yang bertema “Tribute to Iwan Tirta : Unveiling The Untold Story” akan berlangsung selama lima hari mulai tanggal 21-25 Juni 2013 di Museum Tekstil. Pembukaan yang telah berlangsung pada malam 21 Juni, dimeriahkan dengan talk show oleh sahabat dan kolega almarhum yang sedia membagi kenangannya.
Mini fashion show turut meramaikan malam dengan koleksi dari Anne Avantie, Chossy Latu, Musa Widiatmodjo serta Poppy Dharsono yang keseluruhan busananya terinspirasi oleh karya almarhum. Musa Widiatmodjo yang juga merupakan konsultan untuk PT. Pusaka Iwan Tirta banyak menghabiskan waktu untuk mengikuti seluk beluk kehidupan almarhum, dan malam itu jelas terlihat busana koleksi Musa Widiatmodjo mendapat pengaruh sang legendaris batik.
Terselenggaranya pameran ini juga akibat jerih payah Musa Widiyatmodjo bersama para desainer yang terlibat juga Majalah Instyle. Dalam ruangan Museum Tekstil yang terbagi-bagi menjadi beberapa ruangan terdapat karya Alm. Iwan Tirta yang sudah pernah dipublikasikan bahkan juga yang belum pernah ditampilkan sekaligus dilihat almarhum hasil akhirnya. Oleh karena itu, puaskan rasa penasaran Anda pecinta batik, dengan mengagumi corak-corak khas Iwan Tirta untuk datang ke Museum Tekstil.
Teks: Mery Desianti | Foto: Vaesy