Satu lagi subetnis Batak yang cukup dikenal luas, Batak Mandailing yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Di antara sekian subetnis Batak, persamaan yang jelas terlihat dari sistem kekerabatan yang menganut patrilineal menurut garis keturunan ayah. Maksud dari garis keturunan ayah bahwa marga dari ayah secara otomatis akan menurun kepada anak-anaknya. Dan beberapa nama marga yang termasuk Batak Mandailing adalah Harahap, Lubis, Nasution, Batubara, Hasibuan, Tanjung dan masih banyak lagi.
Prosesi Pranikah
- Manyapai Boru
Masa pendekatan masih menjadi proses penting dalam kelanjutan sebuah hubungan. Dalam adat Batak Mandailing pun mengenal masa pendekatan yang disebut manyapai boru. Dan jika boru na ni oli (calon mempelai wanita) memberi respon positif kepada bayo pangoli (calon mempelai pria) akan dilanjutkan dengan prosesi mangairirit boru.
- Mangairirit Boru
Mangairirit boru merupakan tahapan dimana orang tua mempelai pria akan mencari tahu seluk beluk sang wanita idaman anaknya tersebut. Menghindari agar tidak salah pilih, tidak seperti membeli kucing dalam karung yang belum jelas bibit bebet bobotnya. Merasa cocok, barulah orang tua sang pria mendatangi kediaman wanita untuk menanyakan kesediaannya. Jawaban tidak diberikan pada saat itu juga, tapi di lain kesempatan pada prosesi selanjutnya.
- Padamos Hata
Sekali lagi, keluarga pria menyambangi rumah kediaman wanita untuk mendapatkan jawaban. Dalam ritual ini pula akan dibahas kapan waktu yang tepat untuk melamar, serta syarat apa saja yang harus disanggupi pihak keluarga pria.
- Patobang Hata
Inti dari seremoni ini adalah untuk memperkuat perjanjian antara dua belah pihak, keluarga mempelai wanita dan keluarga mempelai pria. selain itu akan dibicarakan berapa sere yang akan diantar pada prosesi selanjutnya, manulak sere.
- Manulak Sere
Sesuai kesepakatan, pihak keluarga pria datang bersama kerabat yang berjumlah 10-15 orang untuk mengantarkan sere atau hantaran. Barang hantaran yang diberikan di antaranya silua (oleh-oleh) dan batang boban (berupa barang berharga).
- Mangalehen Mangan Pamunan
Seorang gadis yang akan dinikahi kelak akan ikut bersama suami meninggalkan rumah orang tuanya. Maka sebelum melepas kepergian anak perempuannya itu diadakan makan bersama/ mangan pamunan. Makan bersama tidak hanya bersama keluarga inti saja, di masa sekarang prosesi ini diadakan besar-besaran mengundang kerabat serta teman-teman terdekat sang calon pengantin untuk merayakan perpisahan.
- Horja Haroan Boru
Seusai dilaksanakan pesta adat yang diselenggarakan di kediaman bayo pangoli, sebelum pergi meninggalkan kedua orang tuanya, boru na ni oli akan menari tor-tor sebagai ungkapan perpisahan.
- Marpokat Haroan Boru
Satu langkah sebelum pernikahan adat berlangsung, terlebih dahulu akan dimusyawarahkan (marpokat) membagi-bagi tugas sesuai prinsip dalihan na tolu yang terdiri dari kahanggi, anak boru, dan mora.
- Mangalo-Alo Boru Dan Manjagit Boru
Diarak dua orang pencak silat, pembawa tombak, pembawa payung, serta barisan keluarga pria dan wanita, terakhir iringan penabuh, kedua mempelai berjalan menuju rumah. Sesudahnya, kedua pengantin serta keluarga akan mangalehen mangan (makan bersama)menyantap makanan yang dibawa, dilanjutkan pemberian pesan dari tetua kepada kedua mempelai. Selesai memberi petuah, secara bersama-sama rombongan akan menuju ke rumah suhut (tempat pesta).
- Panaek Gondang
Pada prosesi ini akan dimainkan gordang sambilan yang sangat dihormati masyarakat Mandailing, maka sebelum dibunyikan harus meminta izin terlebih dulu. Dan setelah mendapat izin, gordang sambilan ditabuh seiring markobar (pembicaraan) yang dihadiri suhut dan kahangginya, anak boru, penabuh gondang, namora natoras dan raja-raja adat. Dalam prosesi ini pula diselingi tari sarama yang seirama dengan ketukan gordang sambilan. Serta manortor atau menari tor tor.
- Mata Ni Horja
Mata ni horja menjadi acara puncak yang diadakan di rumah suhut. Sekali lagi tari tor tor ditarikan oleh para raja, yang disusul oleh suhut, kahanggi, anak boru, raja-raja Mandailing dan raja panusunan.
- Membawa Pengantin Ke Tapian Raya Bangunan
Melaksanakan prosesi ini dipercaya dapat membuang sifat-sifat yang kurang baik ketika masih lajang. Dengan jeruk purut yang dicampur air, kedua mempelai akan dipercikan air tersebut menggunakan daun silinjuang (seikat daun-daunan berwarna hijau).
- Mangalehen Gorar (Menabalkan Gelar Adat)
Maksud dari upacara ini adalah untuk menabalkan gelar adat kepada bayo pangoli. Sebelum diputuskan gelar apa yang cocok, harus dirundingkan terlebih dahulu. Gelar adat diperoleh mengikuti dari kakeknya dan bukan mengambil gelar dari orang tuanya.
- Mangupa
Inti dari prosesi ini dengan menyampaikan pesan-pesan adat kepada kedua mempelai, bayo pangoli dan boru na ni oli. Mangupa merupakan wujud kegembiraan telah usai seluruh rangkaian upacara adat, dan kedua mempelai pun telah sah menjadi sepasang suami istri di mata adat.
Kamus Bahasa Batak Mandailing
Bayo Pangoli: calon mempelai pria
Boru Na Ni Oli: calon mempelai wanita
Kahanggi: keluarga laki-laki dari garis keturunan orang tua laki-laki
Anak Boru: keluarga laki-laki dari suami adik/kakak perempuan yang sudah menikah
Mora: keluarga laki-laki dari saudara istri
Teks Mery Desianti
Foto Daniel Gunarso - Dok. Zainal Songket (Nandha - Vina)