Budaya bak harta warisan yang tidak ternilai, keindahannya tidak pernah habis dieksplorasi untuk terus digali hingga ke dalam dasar yang tak bertepi. Kira-kira seperti itulah dunia yang digeluti seorang desainer yang tidak pernah berhenti membuat hal-hal baru untuk menciptakan kain tradisional yang berbau konvensional menjadi sesuatu yang layak serta mampu beradaptasi mengikuti perkembangan zaman. Dan pada tanggal 25-27 Oktober 2014 menjadi kesempatan keempat bagi Semarang Fashion Parade untuk membuktikan bagimana keluwesan kain tradisional khususnya batik, dalam memahami kebutuhan masyarakat mode saat ini. Dilaksanakan selama tiga hari, Semarang Fashion Parade ini diadakan di lokasi yang menjadi salah satu ikon bersejarah di kota Semarang yaitu di area komplek Gedung Lawang Sewu. Bangunan bersejarah yang dibangun pada masa kolonial Belanda ini dirasa paling pas menjadi latar bagaimana ratusan lebih busana rancangan puluhan desainer lokal melenggang dalam balutan kain batik baik yang telah mengalami modifikasi maupun yang masih bercorak asli.
Digagas oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) kota Semarang yang menggandeng Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) kota Semarang serta Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Jateng, rangkaian acara Semarang Fashion Parade ini sangat berpotensi memacu para desainer untuk terus membuat karya baru, khususnya dalam batik. Bahkan rencananya Semarang Fashion Parade akan menjadi agenda tahunan, selain untuk menarik minat wisatawan agar berkunjung ke kota Semarang.
Pergelaran fashion ini menampilkan busana yang selalu berbeda setiap harinya. Pada hari pertama menjadi milik 19 anggota APPMI yang mendapat tempat pertama untuk melansir masing-masing 10 potong busana. Dan beberapa nama desainer APPMI yang ikut terlibat adalah Soese Asmadhi, Dana Rahardja, Christine Wibowo, Bramanta Wijaya serta Riani. Tidak hanya batik, kekayaan wisata pun mendapat sorotan dari para desainer APPMI sebagai acuan dalam berkarya. Hasilnya busana ready to wear mulai dari terusan, sepasang setelan, outer berupa jacket, cape, serta blazer menjadi item yang paling banyak dijumpai.
Selang hari berikutnya, waktunya para desainer baru di antaranya Elkana Gunawan, Tiya Dwira, dan Ingrid Husodo yang beraksi mempersembahkan koleksi busananya. Tanggal 27 Oktober menjadi malam penutup Semarang Fashion Parade yang diakhiri dengan lampiran koleksi kebaya milik Anne Avantie yang belum lama ini dilansir dalam perayaan peraknya, “Merenda Kasih”.
Foto: Vaesy