Masalah siapa menanggung apa dalam persiapan pernikahan memang merupakan hal yang cukup sensitif. Bila tidak dibicarakan secara baik-baik sejak awal, salah-salah bisa menjadi sumber keretakan hubungan antara Anda dan pasangan, atau antara dua keluarga, di tengah-tengah persiapan hari yang seharusnya menjadi hari paling berbahagia.
Mengenai siapa yang membiayai pesta pernikahan, apakah pihak keluarga wanita atau keluarga pria, sebaiknya dikembalikan kepada tradisi dan kebiasaan yang berlaku. Permasalahan timbul ketika pasangan calon pengantin berasal dari daerah yang berbeda dengan tradisi yang berbeda pula. Misalkan keluarga calon pengantin wanita berasal dari keluarga Jawa, sementara keluarga calon pengantin pria berasal dari Sumatera Barat. Perbedaan tata cara dalam penyelenggaraan pernikahan antara dua adat yang berbeda ini berpotensi menimbulkan kesalahpahaman.
Untuk itu, coba perhatikan langkah-langkah berikut untuk menghindari kesalahpahaman yang mungkin terjadi antara keluarga Anda dan keluarga pasangan.
Foto : The Portrait Photography (Dok. Emil & Aditya)
- Berkonsultasi dengan tetua adat
Dalam tradisi Jawa, pihak wanita biasanya menjadi pihak yang punya hajat atau yang menggelar pesta pernikahan. Karenanya, sebagian besar biaya pernikahan pun ditanggung oleh keluarga calon pengantin wanita. Bukan berarti pihak pria tidak memiliki peran apapun. Pihak keluarga pria juga ikut menanggung biaya pernikahan namun jumlahnya tidak sebesar pihak keluarga wanita. Dan bila pihak keluarga pria ingin menggelar pesta sendiri, mereka dapat mengadakan ‘ngunduh mantu’ yang biasa digelar sekitar 1-2 minggu setelah pesta pernikahan digelar di tempat mempelai wanita.
Seperti dalam tradisi Jawa, dalam tradisi Sunda ataupun Minang, pernikahan juga digelar oleh keluarga wanita. Sementara dalam tradisi Bali, pesta pernikahan dilakukan oleh keluarga pria. Calon mempelai wanita dijemput oleh keluarga pria untuk melangsungkan upacara pernikahan di kediaman keluarga pengantin pria. Secara otomatis, seluruh biaya pernikahan ditanggung oleh keluarga pria.
- Bicarakan sejak awal
Memang benar Anda dan pasangan yang memutuskan untuk menikah. Tetapi mengenai penyelenggaraan pesta pernikahan, bukan menjadi hak prerogatif Anda berdua saja, tetapi juga melibatkan keluarga Anda dan keluarga pasangan. Oleh karena itu, harus dibicarakan sejak awal siapa yang harus membiayai pernikahan. Apakah keluarga pengantin wanita, apakah keluarga pengantin pria, atau keduanya. Bila memang dibiayai bersama, harus jelas pembagiannya, siapa membayar apa. Misalnya keluarga pria membiayai venue, katering, dan dekorasi. Sementara keluarga wanita membiayai busana pengantin dan keluarga, undangan, suvenir, foto dan video, dan sebagainya. Tentu saja semua harus dibicarakan baik-baik, disesuaikan dengan kondisi keuangan kedua keluarga.
- Pasangan pengantin yang menanggung
Sekarang ini cukup banyak pasangan pengantin yang ingin menikmati pesta pernikahannya dengan cara yang lebih simple dan sederhana. Jadi bukannya mengundang banyak tamu yang biasanya kebanyakan adalah relasi dari orang tua, mereka justru hanya mengundang kerabat dekat dan sahabat dari pasangan pengantin. Digelar di tempat yang tidak terlalu besar, mungkin restoran dengan kapasitas sekitar 100-150 tamu, pesta yang digelar pun lebih bersifat hangat dan kekeluargaan. Untuk menggelar pesta pernikahan intimate seperti ini, umunya pasangan pengantin memutuskan untuk membiayai sendiri pernikahan mereka tanpa meminta bantuan orang tua. Meski kerap mendapatkan tentangan dari orang tua, karena kebanyakan orang tua ingin mengundang kerabatnya pada pernikahan anak mereka, namun bila pasangan berkeras dengan keinginan mereka, maka orang tua pun hanya dapat memberikan restu.
Foto : Dok. Istimewa