Foto: HR Team Wedding
Prosesi membersihkan diri dengan ‘memandikan’ calon pengantin jelang penikahan dalam adat Sunda disebut dengan ngebakan. Prosesi ini umumnya dilakukan pihak pria maupun wanita seminggu atau tiga hari sebelum hari-H. Salah satu pengantin yang melakukan prosesi siraman adat Sunda ini adalah Prettycia. Acara siraman tersebut didominasi dengan warna ungu, termasuk busana yang digunakan Prettycia.
Mulanya, Prettycia melakukan prosesi yang disebut ngecagkeun aisan, yakni calon pengantin wanita keluar kamar yang secara simbolis digendong (atau diais, dalam bahasa Sunda) oleh sang ibu. Sementara itu, ayah calon pengantin wanita akan berjalan di depan sembari membawa lilin menuju tempat prosesi sungkeman. Konon katanya, prosesi ini memiliki makna tanggung jawab orang tua pada sang anak yang ingin menikah.
Foto: HR Team Wedding
Selanjutnya, Prettycia melakukan prosesi yang disebut dengan istilah ngaras, yakni calon pengantin wanita akan meminta maaf dengan melakukan sungkem sekaligus mencuci dan mengelap kaki kedua orang tua. Prosesi ini adalah simbol dari penghormatan dan permohonan izin Prettycia pada orang tua.
Foto: HR Team Wedding
Kemudian, prosesi selanjutnya adalah potong rambut, yaitu calon pengantin wanita akan dipotong rambutnya oleh kedua orang tua sebagai lambang untuk mempercantik diri baik secara lahir maupun batin. Setelah rambut dipotong, acara akan dilanjutkan dengan prosesi ngeningan. Artinya, pengantin wanita akan dicukur bulu-bulu halus di bagian wajah, kuduk, membentuk amis cau/sinom, membuat godek serta kembang turi.
Foto: HR Team Wedding
Lalu, setelah seluruh prosesi dilakukan, barulah prosesi suapan terakhir dilakukan. Prosesi ini dilakukan dengan pemotongan tumpeng oleh kedua orang tua calon pengantin wanita dilanjutkan dengan memberi suapan terakhir pada sang anak sebanyak tiga kali. Suapan ini adalah simbol pelepasan orang tua pada anak yang akan memulai kehidupan barunya yang lebih mandiri setelah menikah.
Foto: HR Team Wedding