Sedikitnya 70 set busana dihadirkan pada pameran ini, terdiri dari 300 benda pamer atau aksesori dan perlengkapannya, serta seklumit kisah yang menyertai setiap karya yang ditampilkan. Setiap ruang di Museum Tekstil telah disulap sedemikian rupa menampilkan menampilkan karya yang terkurasi secara tematik, membawa pengunjung berkelana menembus ruang waktu, dari satu ruang ke ruang lainnya.
Setiap ruang membawa kita untuk semakin mengenal Didi Budiardjo lebih dekat lagi, seperti ruang The Atelier ; yang merupakan ruangan representasi dari sebuah ide yang digarap, dipenuhi sketsa, foto-foto, tumpukan buku-buku, moodboard dan langkah awal sebuah busana diciptakan. Dilanjutkan dengan The Reflection; ruangan yang menyajikan busana koleksi awal perjalanan sang perancang. The White Forest, yang berisi segala koleksi busana-busana berwarna putih dan The Moonless, sebaliknya diisi dengan busana serba hitam. The Gula Kelapa; namanya yang cukup aneh terinspirasi dari bendera kerajaan Majapahit (Merah Putih), dan didedikasikan untuk menampilkan kebaya dan batik, seluruhnya kebaya nyonya/kebaya renda putih dipadankan dengan ragam batik berwarna merah. Sementara The Eastern, menampilkan karya-karya dari Cina dan Jepang yang kental terasa di dua ruangan yang dijadikan satu. Ataupun ruang The Gleaming Lights, yang berisikan tiga baju yang dibuat berputar yang penuh dengan bling-bling yang memantulkan cahaya-cahaya indah dari setiap sorotan lampu.