Sawunggaling – Budaya & Fashion di Mata Didi Budiardjo

Mengaplikasikan kain adati seperti batik ke dalam produk fashion seperti busana, sepatu, juga tas dan menghadirkannya dalam sebuah peragaan busana, merupakan suatu hal yang umum dilakukan. Namun mengaplikasikan motif batik dalam bentuk digital dan memamerkannya untuk dinikmati para pengunjung mal, merupakan hal luar biasa yang dilakukan oleh Didi Budiardjo.

Setelah menggelar peragaan busana bertajuk Curiosity Cabinet di Hotel Mulia pada Oktober 2014, dilanjutkan dengan pameran karya-karyanya berjudul Pilgrimage di Museum Tekstil pada Januari 2015, Didi menggenapkan trilogy dalam rangka 25 tahun berkarya dengan menghadirkan instalasi seni bertema Sawunggaling, pada Jumat 10 April 2015 di Senayan City, Jakarta, sebagai rangkaian dari acara Fashion Nation.

Instalasi fashion berupa motif batik yang diproyeksikan pada sebuah manekin berbentuk gaun, ditampilkan sedemikian rupa menyerupai tanaman yang bertumbuh, berhasil memikat mata siapapun yang melihat. Konsep nunggak semi yang menggambarkan berseminya tanaman dari tunggak atau bagian yang tersisa dari tanaman lama, seperti suatu proses perubahan yang bertumbuh dari sisa-sisa yang telah lapuk. Sebuah pemikiran luar biasa dari seorang Didi Budiardjo, seperti dikatakannya, "Budaya yang baik adalah budaya yang bisa berevolusi mengikuti zaman."

Motif Sawunggaling sendiri lahir setelah kemerdekaan Indonesia melalui tangan Go Tik Swan (KRT Hardjonegoro), yang kala itu diminta oleh Presiden Soekarno untuk menciptakan batik Indonesia. Terinpsirasi dari regalia Raja Jawa, konsep spiritual sabung ayam, dan corak burung pada kain yang dikenakan Raja Kareng Asem, Bali, Gusti Jelantik, Go Tik Swan pun menciptakan motif sawunggaling, dimana sawung berarti ayam jantan dan galing berarti merak jantan.

Video: Vaesy

LEAVE A COMMENT

BACK
TO TOP