Dwihanda & Putra

04 FEBUARI 2018
| 4629

Rustic and Vintage Wedding

“Benar kata orang tua dulu, kalau jodoh itu gak akan kemana!” begitu kata Dwihanda memulai cerita tentang pertemuan pertamanya dengan Putra.

Pada awalnya mereka dikenalkan oleh sahabat Dwi pada tahun 2016, namun baru pada tahun 2017 mereka mulai merasa ada yang membuat mereka dekat. “Aku bukan tipe yang suka dijodohin, tapi ternyata memang rasa suka itu datang sendiri,”. Dulu, Dwi sempat pergi Umroh menggunakan travel Umroh milik keluarga Putra, namun siapa sangka tahun ini mereka berangkat Umroh bersama sebagai pasangan suami istri.

Menurut Dwi, cara Putra melamarnya itu sangat romantis. “Aku tipe orang yang susah dikasih kejutan, but he made it!”. Dwi yang saat itu sedang berlibur ke Lombok bersama teman-temannya, dikejutkan dengan kedatangan Putra saat sedang makan di salah satu restoran. Tiba-tiba Putra muncul dan menyanyikan lagu Grow Old with You sambil memainkan ukulele. Dwi benar-benar mengira kalau Putra sedang kerja di Jakarta, namun ternyata Putra berangkat ke Lombok pada pagi hari, melamarnya pada sore hari, dan pulang ke Jakarta pada malam harinya. Hal berkesan lain adalah cincin yang diberikan kepada Dwi adalah cincin berlian pertama dengan model vintage milik ibu Putra. “Kebetulan aku suka yang berbau vintage ditambah dengan nilai seperti itu. Rasanya seperti kebanggaan tersendiri!,” kata Dwi.

Konsep pernikahan Dwi dan Putra adalah rustic minimalist with romantic touch. Sejak awal mereka sudah mendesain sendiri dekorasi untuk resepsi sehingga bisa dibayangkan hasil akhirnya seperti apa. Semuanya serba simple, namun tetap ada sentuhan vintage dan rustic dengan dominan warna off-white dan hiasan daun. Saat hari H Putra pun masih mengecek dekorasi pernikahannya, bahkan ia masih berkeliaran di H-beberapa jam dimulainya acara. “Padahal pengantin harusnya istirahat ya!” tawa Dwi.

Dekor untuk akad nikah pun berubah karena hujan yang tak kunjung henti. Rencana awal, mereka melakukan akad nikah outdoor dengan flooring yang sudah disiapkan itu ternyata gagal dan tidak terpakai sama sekali. Mereka pun tidak punya plan B kalau turun hujan, dan ternyata benar-benar kejadian. Setelah itu hanya bisa pasrah juga menyerahkan semuanya kepada dekor yang bersangkutan. “Untungnya tim dekor kooperatif dan sigap menangani, dibantu oleh Putra dan sahabat kami Ipan pemilik dekor acara resepsi untuk mengupayakan tempat akad di indoor.” Meskipun tempat akadnya adalah lobby ballroom hotel, tapi tetap tidak menghilangkan esensi dekor yang bagus dan cukup apik sesuai keinginan Dwi dan Putra.

Ketika ditanya soal wedding attire-nya, Dwi bercerita kalau segalanya diurus dalam waktu yang singkat, kecuali baju untuk resepsinya. Untuk kain bawahan yang digunakannya saat Akad Nikah, ia memesan songket melayu dan kain tersebut ditenun dalam waktu H-3 minggu. Menurutnya, gaun resepsi adalah “gong”nya, sehingga ia sudah menyiapkannya sejak jauh hari. “Aku memilih Barli Asmara karena beliau sangat handal dalam konsep dress yang vintage, simple but still outstanding!”. Dwi menginginkan gaun pernikahan yang terinspirasi dari tahun 1920an, sehingga gaun yang ia kenakan bernuansa lace dress dengan potongan yang simple, lengkap dengan veil dan headpiece.

Sedangkan untuk groom`s attire, dua-duanya dari Grisvian Hewis Unique Design. Sesuai dengan temanya, pemilihan warna pun jatuh pada timeless grey dan rustic teak. Desain dan atributnya semua simple karena memang temanya vintage, jadi fokus utamanya lebih terarah ke silhouette pribadi yang memakainya melalui balutan kain yang pas dengan postur tubuh.

Dwi dan Putra mempunyai pekerjaan yang mengharuskan mereka ke luar kota atau ke luar negeri, terlebih Putra adalah tour leader Umroh. Hal tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi mereka karena kesulitan untuk mengatur waktu bertemu dan mempersiapkan pernikahan. Selain itu, venue yang diinginkan Ibu Putra saat itu sedang waiting list dan tanggal pernikahan belum pasti, sedangkan waktu terus berjalan. Akhirnya, Dwi mengurus segalanya dalam waktu yang singkat sampai-sampai lupa untuk membuat undangan pada H-3 minggu. Untungnya, Putra pintar men-desain, dan ada yang bisa membantu untuk membuat undangan dalam waktu seminggu.

Menurut Dwi, momen yang paling berkesan di hari pernikahan mereka adalah saat ia memasuki area resepsi. Saat itu Putra tidak berada di sebelahnya, namun Dwi juga tidak tahu bahwa sebenarnya Putra sudah berada di dalam ruangan menunggunya dan didampingi oleh groomsmen. Ketika memasuki ruangan resepsi, Dwi berjalan sendiri lalu akhirnya melihat Putra berjalan dari arah yang berlawanan dan memberikan bouquet bunga yang sangat besar. “Aku agak shock, dan rasanya lucu saja!”

Top 3 vendors rekomendasi Dwihanda:

  1. Paperinrose Wedding
  2. Imagenic
  3. Barli Asmara

Dwi juga memberikan tips yang paling penting dalam mempersiapkan pernikahannya kepada para brides-to-be:

  • Komunikasi dengan pasangan harus efektif, kalau memang ada hal yang mengganjal harus segera dikomunikasikan agar segera ada jalan keluarnya.
  • Harus saling support satu sama lain.
  • Less expectation! Ini penting banget karena biasanya kita terlalu meninggikan ekspektasi terhadap hari pernikahan, sehingga kita kecewa pada vendor yang sudah berusaha keras tetapi malah tidak sesuai.
  • Jangan terlalu memikirkan sesuatu harus menjadi sempurna, santai dan jalani saja karena pada akhirnya semuanya akan terjalani dengan baik! Jika terdapat missed pada saat hari pernikahan, yang tau hanya kita kok, para tamu undangan cuma dapet hype pernikahan kita saja.
  • Para brides-to-be harus sering fitting baju pernikahan minimal 2 kali, karena untuk memastikan kalau kita udah nyaman semuanya, bahkan sampai sepatu juga ya!
  • Para brides-to-be harus menjaga kesegaran wajahnya dan bahagia terus. Karena ini penting banget untuk kondisi wajah yang akan di makeup pas hari H. Caranya adalah sering bersihin muka, less makeup minimal dari 2 minggu sebelum hari H, sering-sering maskeran juga. Kalau bisa sih treatment dari H – 3 bulan untuk jaga-jaga dari jauh hari. Dan aku cocok banget di Bamed Skin Care, kalau yang mau coba-coba bisa dari sekarang untuk nge-test cocok apa engganya.
  • Ini sangat penting! Harus ada test makeup wedding dari MUA yang akan kita pakai, untuk menyesuaikan dengan keinginan kita. Aku terbantu banget dengan adanya test makeup, saat hari H jadi merasa lebih sempurna. Ketika test makeup ternyata aku merasa fake eyelash-nya terlalu tebal dan lipstiknya terlalu shiny dan terang. Finally MUA aku saat itu sangat keren dan kooperatif dan selalu ngingetin untuk jangan stress agar pas hari H auranya tetap bagus!
  • Harus ada meeting vendor. Untuk vendor yang penting meetingnya harus lebih dari satu kali, untuk mengurangi missed communication.
  • Kalau tidak mau pakai WO, dari awal persiapan bisa diurus sendiri lho dan ternyata enak juga, jadi aku menikmatinya. Tapi saat hari H harus pakai WO! Kalau tidak pasti bakal keteteran. Tidak mungkin kan harus mengurus semuanya dari atas panggung?

BACK
TO TOP

Hai Happy Couple!

Impian Menikah dengan City View di Pusat Kota?

Klik di Sini Untuk Pilihan Wedding Venue-nya!


Untuk memulai Chat, Whatsapp Us

Silahkan Sign In terlebih dahulu.