Elegan Hitam Putih Dalam Tradisi Jawa di Gedung Ardhya Garini
Sama-sama memiliki jiwa petualang telah berhasil mendekatkan Dewi dan Husni. Berawal dari pertemanan yang dimulai tahun 2006, ketika Dewi masih kuliah di Universitas Padjadjaran, dan meliput acara yang digelar oleh komunitas Husni di Bandung.
Sama-sama memiliki jiwa petualang telah berhasil mendekatkan Dewi dan Husni. Berawal dari pertemanan yang dimulai tahun 2006, ketika Dewi masih kuliah di Universitas Padjadjaran, dan meliput acara yang digelar oleh komunitas Husni di Bandung. Hingga akhirnya pertemuan kembali keduanya terjadi pada Febuari 2014 ketika Dewi harus mewawancarai Suciwati Munir di depan Istana Negara, dan Husni ada disana. Komunikasi pun berlanjut, dan 15 Mei 2014 menjadi titik awal terjalinnya hubungan serius Dewi dan Husni.
Sepanjang perjalanan, Dewi dan Husni mulai menemukan kecocokan satu sama lain. Perhatian Husni yang begitu besar membuat Dewi merasa nyaman, sementara pengertian Dewi mampu meredam emosi Husni. Hingga akhirnya, keduanya memutuskan untuk menjadi partner setia dalam menjalani hidup. Istana Negara pun kembali menjadi saksi ketika Husni membacakan puisi saat melamar Dewi di depan gedung bersejarah tersebut pada Maret 2015.
Awalnya Dewi dan Husni ingin melangsungkan pernikahan secara sederhana. Namun keinginan itu pupus karena ibunda Dewi ingin menggelar hajat yang sebenarnya, dengan alasan, tak ada salahnya berbagi kabar bahagia dengan orang lain. Dan akhirnya, karena Husni menyerahkan segala persiapan kepada Dewi, sementara Dewi disibukkan dengan pekerjaan, sang ibu lah yang kebagian peran mengurus berbagai hal, meski konsep tetap dari Dewi.
Suasana serba putih mendominasi ketika hari bahagia itu tiba. Kontras dengan Dewi yang begitu elegan dalam balutan kebaya beludru hitam khas Solo Putri, sebagai upaya Dewi menghormati Husni yang asli Jawa. Setelah sebelumnya Dewi dan Husni hadir berbalut kebaya dan beskap putih dalam aura sakralnya prosesi akad nikah.