Harmoni Jawa, Padang dan Palembang di Teuku Umar Mansion

KANYA SJAHRIR & RADITYA IMMANZAH - 18 MARET 2018
| 7451

Sejak balita Kanya dan Radit sudah kenal dikarenakan kedua orang tua mereka bertugas di daerah yang sama di Kendari, Sulawesi Selatan. Bermula dari itu kedua keluarga menjadi dekat dan para ibu kami pun bersahabat sampai dengan sekarang.

Serba tosca yang dipakai pada acara resepsi sore

Dekorasi putih pada akad nikah

Lengkap dengan lampu gantung yang perindah dekorasi

Tampak para tamu sudah berjajar rapi penuhi kursi

Senyum bahagia kala jalani akad nikah

Cantiknya Kanya

Kemegahan venue di Teuku Umar Mansion

Pakai busana minangkabau dengan menarikan tari adat Palembang, Tari Pagar Pengantin

Prosesi lempar gulungan sirih, balangan gantal

Kartu undangan yang simple

Keceriaan kala makeup

Make Up Artist : Marlene Hariman | Gaun Pengantin : Sanggar Djus Masri | Decoration : Mawar Prada We

Sejak balita Kanya dan Radit sudah kenal dikarenakan kedua orang tua mereka bertugas di daerah yang sama di Kendari, Sulawesi Selatan. Bermula dari itu kedua keluarga menjadi dekat dan para ibu kami pun bersahabat sampai dengan sekarang. Namun mereka berdua tidak sering bertemu karena keluarga Radit beberapa kali pindah kota dan Kanya sekeluarga pulang duluan ke Jakarta. Keduanya baru bertemu lagi di tahun 2011, waktu itu Kanya sedang kuliah di Canberra, Australia, dan Radit melanjutkan S2 ke Newcastle, Inggris. Sampai akhirnya bertemu lagi di tahun 2016 setelah sudah settle kerja di Jakarta. Di saat bersamaan keduanya berpacaran, dan tidak lama memutuskan menikah.

Dari awal sebagian besar keputusan diambil oleh Kanya, Radit, kedua ibu dan tim WO, tanpa melibatkan pihak lain. Budget juga sudah dipatok sejak awal oleh kedua belah pihak dan kebetulan Kanya bekerja di bidang investasi jadi membuat financial modelling sudah menjadi makanan sehari-hari. Hal ini membuat perencanaan pernikahan menjadi lebih simpel. Sebagian besar vendor Kanya yang cari, sisanya memakai vendor langganan keluarga besar.

Konsep pernikahan adalah convenient and intimate wedding. Definisi “nyaman” bagi keduanya berarti lokasi indoor dilengkapi dengan air conditioner, lahan parkir yang mencukupi, makanan yang lezat dan quality guests (those who sparks happiness to us). Dengan konsep ini pula, diputuskan untuk tidak memakai panggung dan tidak ada live music/band supaya para tamu bisa leluasa berbicara. Sebagai gantinya musik dimainkan dari playlist lagu tradisional dan instrumental di Spotify.

Karena keterbatasan kapasitas venue, acara dibagi menjadi 3 bagian di hari yang sama yaitu Akad pagi dan Resepsi Siang untuk keluarga, Resepsi Sore untuk teman dekat orangtua dan pengantin, dan Resepsi Malam untuk kolega dan teman kantor. Keduanya sengaja membagi tamu berdasarkan klasifikasi di atas supaya para tamu yang datang saling kenal dan bisa sekalian reunian.

Akad, Resepsi Siang, dan Resepsi Sore dilaksanakan dalam adat Jawa karena ingin menjalani prosesi Siraman dan Midodareni sehari sebelumnya supaya rangkaian adatnya tidak terputus sampai dengan upacara Panggih yang dilaksanakan setelah akad. Selain itu juga supaya Kanya tidak perlu mengganti riasan sampai dengan sore karena lumayan panjang persiapan dandan ganti adat, terutama untuk pengantin perempuan. Lucunya, keluarga Radit asli orang Palembang jadi mereka belum pernah sama sekali menjalankan adat Jawa. Di hari-H pun semua keluarga memakai baju jawa. So, it was a new thing for them.

Untuk acara Resepsi Malam merupakan penggabungan adat Padang Kotogadang dan Palembang karena Kanya keturunan Jawa-Padang dan Radit asli Palembang. Radit dan keluarga memakai baju Palembang sementara Kanya dan keluarg memakai baju Padang. Acara dibuka dengan arak-arakan gendang Sriwijaya dan dilanjutkan dengan Kanya menarikan Tari Pagar Pengantin khas Palembang dengan menggunakan baju Padang Kotogadang. It was fun and unique in the same time. Acara diisi dengan tarian padang dan lagu-lagu Palembang untuk membangun suasana khas Sumatera.

BACK
TO TOP