Inspirasi Jawa Kontemporer di Shangri-La Hotels & Resorts

AVIANDINI SAVITRI DAN INDRA NUGROHO TRENGGONO - 21 APRIL 2018
| 5464

London, tahun 2013. Berdua, Vivi dan Erik mengambil S2 di London dengan kampus yang berbeda. Waktu itu perkenalan keduanya terjadi secara tidak sengaja, karena Vivi tinggal satu flat dengan sahabatnya dari SMA yang ternyata adalah teman kuliah Erik.

Erik lakukan prosesi siraman

Vivi lakukan prosesi siraman

Suasana khusyuk pengajian

Dekorasi siraman yang banyak unsur merah dan hijau

Jokowi dan Iriana Widodo tampak hadir sebagai tamu istimewa

Busana pengantin penuh corak rancangan Surya Abduh

Suap-suapan

Kacar kucur

Pangkon

Vivi diantar menuju meja akad

Cantik hasil pulasan makeup Marlene Hariman

Dekorasi indah meja akad nikah

London, tahun 2013. Berdua, Vivi dan Erik mengambil S2 di ibukota Inggris ini dengan kampus yang berbeda. Perkenalan keduanya terjadi secara tidak sengaja. Selain sama-sama mengambil jurusan finance, Vivi tinggal satu flat dengan sahabatnya dari SMA yang ternyata teman kuliah Erik. Kedekatan pun terjadi karena sering belajar bersama dan lokasi apartemen yang masih dalam satu area.

Awalnya hanya sebatas teman saja, sering bertukar cerita dan berbagi keluh kesah tetapi tidak ada perasaan lebih dari itu. Tiba-tiba di akhir tahun 2014, entah gimana Erik merasa nyaman dan akhirnya mengajukan maksud untuk pacaran. Surprisingly, Vivi pun ngerasa klik dan yakin pada Erik. Keyakinan tersebut pun semakin mantap melaju ke arah pernikahan, di pertengahan tahun 2017, Erik minta izin ke ayah Vivi untuk melamar putrinya.

Berhubung berdua sama-sama berasal dari Solo, konsep dasar dari awal memang mengikuti adat Solo. Siraman dan panggih merupakan dua rangkaian adat yang dilaksanakan. Waktu itu keduanya memutuskan meniadakan prosesi midodareni karena khawatir akan terlalu melelahkan sehingga dikhawatirkan menghambat akad nikah menjadi kurang kondusif.

Konsep besar dari acara pernikahan adalah `Jawa Kontemporer Modern`. Keduanya merasa bangga sebagai orang Jawa, tapi tetep tidak mau terlalu tradisional. Karena itu, kebiasaan pernikahan Jawa yang menggunakan gebyok dihindari. Selain itu, karena busana pengantin yang dirancang Surya Abduh memiliki keunikan pada detailnya, maka agar semua komponen selaras, konsep pernikahan juga dikembangkan dari baju tersebut. Undangan, souvenir, dan design lain disesuaikan dengan baju yang dikenakan. Waktu itu tim Gaianata sebagai dekorator juga menawarkan ide untuk menggunakan relief sebagai background pelaminan untuk menggantikan gebyok dan hasilnya memuaskan, unik serta beda dari yang lain, seperti ada `tropical feel`-nya.

Alhamdulillah semuanya lancar sampai resepsi dengan dukungan dari keluarga dan juga kerja sama yang baik dari vendor-vendor kami. Rasanya lega banget walau capek karena harus nyalamin beribu orang. Puas dengan hasil kerja hampir seluruh vendor.

BACK
TO TOP