Pernikahan Outdoor Rustic di Plataran Borobudur Resort

CAMELIA PONDRA DEWANTARIE DAN FERRY AGUNG PRASETYO - 04 SEPTEMBER 2016
| 11832

Ketika sebuah persahabatan terjalin begitu erat, tak jarang jalinan itu menjelma menjadi sebuah kisah kasih yang berakhir indah di singgasana hati dua insan.

Ketika sebuah persahabatan terjalin begitu erat, tak jarang jalinan itu menjelma menjadi sebuah kisah kasih yang berakhir indah di singgasana hati dua insan.

Pertemanan Ferry dan Meli diawali saat mereka menuntut ilmu di kampus yang sama dan menjadi anggota dari organisasi yang sama pula. Sebagai dua orang yang berteman dekat, saling terbuka, saling berbagi wawasan, bahkan saling bercerita mengenai berbagai hal kerap dilakukan oleh Ferry dan Meli. Bahkan urusan pribadi pun kerap menjadi topik pembicaraan. Hubungan persahabatan yang kian hari kian dekat itu pun berubah arah ketika jalinan asmara yang dijalin dengan pasangan masing-masing berakhir pada saat yang hampir bersamaan.

Persahabatan yang lama terjalin tentu membuat keduanya mengenal sifat dan kebiasaan satu sama lain. Hingga akhirnya 1,5 tahun kemudian, kejutan itu pun datang. Meli yang tengah menjalani KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Yogyakarta mendapat pertanyaan dari kedua orang tuanya yang baru saja dikunjungi Ferry. Ternyata, tanpa sepengetahuan Meli, Ferry mengunjungi orang tua Meli di Semarang untuk meminangnya dan memohon restu kepada orang tuanya. Bahagia yang membuncah di tengah keterkejutan membuat Meli melontarkan jawaban “ya” tanpa setitik pun rasa ragu.

Pernikahan intimate bertema outdoor rustic. Sebuah impian yang telah lama tertanam di dalam benak Meli. Baginya, sebuah pernikahan yang hanya dihadiri saudara dan teman dekat akan memudahkan pasangan pengantin untuk berinteraksi. Sebaliknya, bagi pihak keluarga yang terbiasa mengundang hampir semua kerabat dan sahabat, konsep ini menjadi sumber perselisihan. Tapi Meli maupun Ferry tetap bertahan, keduanya sadar bahwa mempersiapkan pernikahan kerap dibumbui konflik, dan mereka siap menghadapinya.

Seperti kata pepatah, berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang kemudian. Setelah memalui berbagai kesulitan, buah manis pun mereka petik di hari pernikahan. Sebagai pribadi yang begitu peduli akan detail berkeras untuk melangsungkan akad nikah pada jam 06.00 pagi untuk mendapatkan “feel” romantis ditemani kabut tipis, kicau burung dan denting gamelan. Keterbatasan waktu yang tersedia, di mana jarak antara akad nikah dan resepsi pernikahan yang berdekatan, membuat mereka tak menjalani beberapa prosesi adat, juga ritual panggih.

Sesuai impian, pernikahan Meli dan Ferry pun digelar di Plataran Borobudur Resort dengan total 200 tamu undangan. Berbalut busana putih, keduanya mengajak para tamu untuk mengenakan warna senada. Meski menggelar sitting table untuk memberikan kenyamanan kepada tamu undangan, kedua pengantin mingle dari satu meja ke meja lainnya untuk mengakrabkan suasana. Prosesi lempar bunga dan melepas balon di ruang terbuka menjadi sajian manis yang mampu menghidupkan pesta pernikahan.

BACK
TO TOP