Semarak Lagu Cinta Jawa dan Gorontalo

NURFITRIA SEKARWILIS KUSUMAWARDHANI GOBEL (ANNIE GOBEL) DAN TIMUR IMAM NUGROHO (TIMUR NUGROHO) - 18 SEPTEMBER 2016
| 11477

Berjuta makna, doa, dan harapan terkandung dalam setiap ritual adat. Harapan membawa mahligai rumah tangga bahagia menggerakkan Annie dan Timur untuk menggelar pernikahan dalam naungan tradisi Jawa dan Gorontalo.

Berjuta makna, doa, dan harapan terkandung dalam setiap ritual adat. Harapan membawa mahligai rumah tangga bahagia menggerakkan Annie dan Timur untuk menggelar pernikahan dalam naungan tradisi Jawa dan Gorontalo.

Pertemuan di sebuah tram di Melbourne tahun 2007 berhasil mendekatkan Annie dan Timur yang sama-sama tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA), bahkan keduanya pun menjadi project manager pada acara tahunan PPIA RMIT berjudul Kafe Art pada tahun 2008.

Kedekatan yang terjalin membuat Annie dan Timur menyadari bahwa mereka pernah bersekolah di sekolah yang sama selama TK, SD, dan SMP, meski Timur setahun di atas Annie. Kedekatan itu pula yang membuat keduanya menjalin hubungan yang berawal di tahun 2011. Pribadi Timur yang disiplin, well organized, namun santai berhasil memikat Annie, disamping rasa hormatnya kepada orang tua. Sementara ketaatan Annie kepada agama menjadi daya pikat tersendiri bagi Timur. Hingga akhirnya, lima tahun kemudian, Annie dan Timur sepakat untuk mengikat tali kasih mereka ke dalam sebuah pernikahan.

Ingin mengangkat dan mendalami adat leluhur menjadi alasan Annie dan Timur melangsungkan pernikahan dalam adat Jawa dan Gorontalo. Timur berasal dari Jawa, sementara Annie memiliki darah campuran Jawa dan Gorontalo. Setiap detil dalam setiap prosesi adat mengandung berjuta makna, serta doa dan harapan. Berbekal harapan inilah Annie dan Timur ingin membangun bahtera rumah tangganya.

Semua proses yang dilewati pun terasa menyenangkan, meski Annie harus lebih banyak melakukan persiapan sendiri, dibantu tim dari Natalie Jody sebagai wedding organizer, mengingat Timur harus bekerja di Melbourne.

Rangkaian acara pun diawali dengan pengajian, dilanjutkan dengan Siraman sesuai tradisi Jawa, dan mopotilanthahu atau semacam midodareni pada malam hari sebelum pernikahan. Pada malam itu, Timur menari Saronde bersama para tamu pria, sementara Annie menari Tidi Da’a yang melantunkan doa permohonan maaf kepada Tuhan.

Dan sebelum Timur dan rombongan tiba di kediaman Annie, dilangsungkan prosesi guino kolyonthigi, sebuah prosesi malam pacar versi Buol, Sulawesi Tengah, dimana duabelas pasang sesepuh datang memberikan doa khusus kepada calon pengantin.

Setelah akad nikah yang dilangsungkan dalam adat Gorontalo, dilangsungkan prosesi panggih, sebuah rangkaian prosesi dalam adat Jawa yang dilaksanakan setelah resmi menikah. Berbalut kebaya dan beskap beludru hitam khas pengantin Solo, Annie dan Timur menjalani prosesi ngidak tigan, sinduran, kacar-kucur, dan lainnya.

Resepsi pernikahan yang digelar keesokan harinya di The Dharmawangsa, dilangsungkan dalam nuansa Gorontalo. Busana kebesaran Makuta-Biuu warna hitam marun dengan detil keemasan khas Gorontalo membalut pasangan pengantin, yang terlihat menonjol di antara dekorasi bertema festival Tumbilutohe di Gorontalo. Rona bahagia pun terpancar di wajah Annie dan Timur, bersyukur atas kerjasama yang begitu baik yang terjalin diantara keluarga, wedding organizer dan para vendor. Kemeriahan acara pun masih terus berlangsung hingga seminggu kemudian ketika Annie dan Timur menggelar resepsi di Gorontalo.

BACK
TO TOP