Simfoni Cinta Dalam Kemegahan Budaya Jawa
Lantunan kidung cinta mengalun sendu. Memaparkan nada rindu yang tak lagi menunggu.Ya, cinta dalam rupa nada telah mempertemukan Fransiscus Asisi Adi Aryoko (Ary) dan Ancella Laksmaningtyas Utami (Tyas).
Lantunan kidung cinta mengalun sendu. Memaparkan nada rindu yang tak lagi menunggu.Ya, cinta dalam rupa nada telah mempertemukan Fransiscus Asisi Adi Aryoko (Ary) dan Ancella Laksmaningtyas Utami (Tyas). Keduanya berkenalan tatkala ikut aktif di perkumpulan paduan suara OMK Gereja Santa Maria Regina Bintaro. Padahal, orang tua mereka sudah lama saling kenal. Mungkin itu yang dinamakan jodoh dan cinta. Anugrah sekaligus misteri yang tak seorangpun tahu, kapan dan bagaimana ia datang. Yang pasti, kesejatiannya mampu merekahkan kelopak bahagia di hati Ary dan Tyas.
Menumbuhkan rasa kagum satu sama lain. “Buat saya Tyas istimewa. Sebagai organis, ia rajin memberikan pelayanan di Gereja. Dan menerima saya apa adanya,” terang Ary. “Mas Ary itu penyabar. Sifatnya memberi efek positif buat saya yang suka tergesa-gesa,” urai Tyas sembari tersenyum. Banyak menemukan kecocokan membuat mereka yakin untuk membawa hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Dan hari bahagia itu pun tiba, pada Sabtu pagi, 23 Januari 2016 Ary dan Tyas melangsungkan pemberkatan pernikahan di Gereja Santa Maria Regina Bintaro. Mengenakan beskap dan kebaya adat Jawa Yogya warna broken white, pasangan calon pengantin itu tampil serasi. Mereka sengaja memilih warna tersebut. Bagi keduanya pernikahan merupakan titik awal kehidupan baru, yang diawali dengan niat yang suci.
Dan malam harinya, berlokasi di Sasono Utomo Taman Mini Indonesia Indah (TMII) resepsi yang mengusung adat Jawa Solo Basahan diselenggarakan dengan tata cara budaya yang sarat akan nilai-nilai kehidupan. Mulai dari panggih, sungkeman, kacar-kucur, cucuk lampah, semuanya memiliki makna yang dalam. Sadar akan hal tersebut, sehari sebelum hari-H, baik Ary maupun Tyas juga menjalani serangkaian acara adat di kediaman keluarga masing-masing. Seperti siraman, pasang bleketepe, dodol dawet, dan midodareni bagi calon pengantin perempuan. “Pernikahan secara adat adalah sesuatu yang indah dan unik. Kami ingin sama-sama mengalaminya sekali seumur hidup,” pungkas keduanya.