All Pink Wedding For Lomar & Stephanie's Wedding At The Palms Ballroom

BERNARDUS LOMAR DASIKA & JOSEPHINE STEPHANIE CHANDRA - 11 OKTOBER 2015
| 22999

Awalnya, Lomar dan Stephanie tidak memiliki tema khusus. Hanya konsep dekor dan warna saja yang menjadi perhatian keduanya. Mereka memutuskan untuk memilih warna dengan dominasi dusty pink.

Our Love Story Lomar dan Stephanie sebenarnya bersekolah di SMU yang sama, saling tahu tetapi tidak pernah bertegur sapa. Sepuluh tahun kemudian, secara tidak disengaja, mereka bertemu lagi di pesta pernikahan seorang teman. Sejak itu, keduanya rutin berkomunikasi. Mereka berpacaran selama 1, 5 tahun sebelum memutuskan untuk menikah dengan sejumlah pertimbangan, setelah melewati sejumlah drama yang menguras air mata. Pada dasarnya, meski Lomar dan Stephanie bernaung di bawah zodiak Leo, karakter mereka amatlah berbeda. Lomar sangat fleksibel terhadap waktu sementara Stephanie sangat strict. Lomar santai, sementara Stephanie teratur. Lomar sangat mengandalkan logika, Stephanie sangat membawa perasaan. Lomar sangat santai, sedangkan Stephanie sangat ingin diperhatikan. Perbedaan yang sangat mendasar ini kerap membuat mereka berdua mudah bertengkar untuk hal-hal sepele. Bukan hanya sekali atau dua kali terucap kata bubar dan menyudahi semuanya ini. Namun, usaha untuk memperbaiki diri masing-masing dan keinginan untuk menyenangkan orang yang mereka cintai, membawa hubungan mereka ke jenjang pernikahan. 

The Wedding Proposal Pada tanggal 25 November 2014, tepat 2 tahun mereka berpacaran, Lomar mengajak Stephanie makan malam di The Wharf, Kalaha, Ancol. Di tengah-tengah acara makan malam, Lomar memberikan surprise dengan memberikan sebuah hand bouquet mini dari bunga mawar merah muda yang ia buat sendiri, dengan boneka monyet dan seuntai cincin lamaran di bagian atas. Kejutan bunga mawar ini sangat smooth sehingga Stephanie benar-benar tidak menyadari ada bunga mawar yang dibawa masuk serta sebagai kejutan. Klise? Mini rose bouquet-nya buatan sendiri lho...

The Wedding Theme Awalnya, Lomar dan Stephanie tidak memiliki tema khusus. Hanya konsep dekor dan warna saja yang menjadi perhatian keduanya. Mereka memutuskan untuk memilih warna dengan dominasi dusty pink. Namun, seiring berjalannyan waktu, Lomar dan Stephanie banyak menemukan ide unik agar membuat pesta mereka bukan sekadar pesta. Kami berencana untuk menambahkan sepasang ikon, berupa hewan yang unik dan lucu. Awalnya mereka menginginkan ikon singa, karena sama-sama berbintang Leo. Namun, karena singa dinilai kurang cute, mereka menggantinya menjadi kucing. Singkat kata, tokoh kartun Doraemon dipilih karena Lomar dan Stephanie juga menyukai karakter Doraemon dan sebagai pasangannya, dipilihlah kucing betina kekasih Doraemon yakni Mi-chan. Demi memantapkan tema, banyak elemen dalam dekorasi pesta pernikahan disesuaikan dengan tema Doraemon, mulai dari kartu undangan, foto, bouttonierre, ornamen kamar, tantangan dari bridesmaid untuk bestman dan groom, boneka lempar, balon, photobooth, suvenir, hadiah, bahkan hingga salah satu food stall menyediakan dorayaki.

Wedding Preparation Persiapan dilakukan selama 20 bulan. Tantangan terbesar adalah menyatukan keinginan yang berbeda dari Lomar dan Stephanie. Perbedaan pendapat, keinginan, selera sering memunculkan konflik namun berhasil dilewati dengan mencari jalan keluar bersama-sama. Setiap kali bertengkar, keduanya segera mengingat kembali tujuan utama mereka menikah sehingga memudahkan mereka untuk segera berbaikan kembali. Untuk pemilihan vendor lebih banyak dilakukan oleh Stephanie dan untuk menindaklanjuti serta keputusan akhir diserahkan kepada Lomar. Selama persiapan wedding kami yang jangka waktunya bisa dikatakan cukup panjang, berbagai tantangan dan rintangan datang silih berganti. Biasanya, Lomar dan Stephanie saling memberikan nasihat, mencoba untuk saling mengalah, walaupun sukar. Mereka juga kerap melakukan break yang tidak lazim di tengah-tengah minggu, seperti berlibur sejenak ke Bandung atau Yogyakarta untuk mengembalikan kesegaran tubuh dan menjernihkan pikiran. 

Wedding Items Ada cerita unik soal gaun yang Stephanie pilih untuk hari-H. Gaun tersebut dipilih dan ditentukan jauh sebelum hari-H. Pihak Wedding Boutique memberikan Stephanie sejumlah kesempatan untuk memilih lagi apabila ada koleksi baru mendekati hari-H dengan cut off date 3 bulan sebelum acara. Stephanie langsung jatuh hati pada gaun yang mereka beri julukan “swanlake” karena bentuk gaunnya memang menyerupai angsa. Inilah gaun yang sejatinya dipilih oleh Lomar dan Stephanie. Berbulan-bulan berselang, ketika Wedding Boutique mengundang mereka untuk memilih gaun koleksi terbaru ternyata gaun yang disodorkan bukan gaun yang diinginkan Stephanie. Gaun tersebut “hilang”. Pihak Wedding Boutique sempat kalang kabut mencari dan mengecek. Setelah dilakukan banyak usaha untuk menemukan kembali gaun itu, gaun yang diinginkan Stephanie pun ditemukan. Impiannya mengenakan gaun “swanlake” akhirnya terpenuhi. Pemilihan jas pengantin dirasa lebih mudah oleh Lomar. Ia langsung jatuh hati kepada satu jas dari Pizzaro yang langsung terasa sangat nyaman saat pertama kali ia coba. 

Untuk cincin pengantin, Lomar memilih cincin polos dengan sentuhan motif etnik berjumlah 19 buah, yang disesuaikan dengan tanggal lahirnya. Tidak menginginkan cincin yang biasa-biasa saja, secara kebetulan pula pasangan cincin pilihan Lomar adalah cincin bertatahkan berlian, bukan hanya satu butir, namun berderet sebanyak 18 buah, sesuai tanggal lahir Stephanie! Uniknya, kedua cincin ini bukanlah pesanan khusus melainkan terpajang di sebuah toko mas. Merasa berjodoh dengan kedua cincin ini, Lomar dan Stephanie memutuskan untuk membelinya. 

The Best Moment Tanggal 11 Oktober 2015 sebenarnya adalah tanggal yang bayak dipilih oleh pengantin untuk menggelar pesta pernikahan. Lomar dn Stephanie sempat ketar-ketir membayangkan jumlah tamu yang datang tidak sebanyak yang mereka harapkan. Namun nyatanya, pesta mereka sangat ramai dan meriah karena tamu undangan membludak. Lomar dan Stephanie tentu sangat menghargai para tamu yang datang untuk memberikan doa restu mereka. 

Teks Fannya G Alamanda 

BACK
TO TOP