Romantika Minang & Betawi di Hotel Mulia Jakarta
Cinta telah menempuh perjalanan panjang dalam liku kehidupan manusia. Roman yang tak letih dikisahkan para pujangga. Tawa dan tangis, semua luruh di dalamnya. Cinta tak kasat mata. Namun dalam hubungan mesra sepasang anak manusia, ia menampakan wujudnya. Boleh jadi, tepat di tanggal 14 Februari tahun lalu, cinta memperlihatkan rupanya di hadapan Elisyah dan Henri. Pasalnya, tepat di hari kasih sayang itu, Henri melamar Elisyah.
Cinta telah menempuh perjalanan panjang dalam liku kehidupan manusia. Roman yang tak letih dikisahkan para pujangga. Tawa dan tangis, semua luruh di dalamnya. Cinta tak kasat mata. Namun dalam hubungan mesra sepasang anak manusia, ia menampakan wujudnya. Boleh jadi, tepat di tanggal 14 Februari tahun lalu, cinta memperlihatkan rupanya di hadapan Elisyah dan Henri. Pasalnya, tepat di hari kasih sayang itu, Henri melamar Elisyah.
Ya, setelah dua tahun menjalin asmara, keduanya sepakat untuk menikah. Elisyah mengagumi sifat Hendri yang menurutnya bisa jadi imam keluarga. “Pasangan saya memiliki jiwa pemimpin,selalu punya visi dan misi, serta smart. Selain itu selera fashionnya juga bagus, ujar Elisyah diiringi tawa. Sesuai tanggal yang telah ditentukan, yakni 10 Oktober 2014, keduanya melangsungkan akad nikah di Hotel Premiere Santika Bintaro, Jakarta. Malam harinya, di lokasi yang sama resepsi pernikahan berlatar adat Betawi diselenggarakan dengan indah. Selang satu hari berikutnya, resepsi yang mengusung adat Minang kembali diadakan di Hotel Mulia, Jakarta.
Kedua konsep tersebut dipilih lantaran Elisyah maupun Henri sangat menjunjung tinggi nilai adat dan bangga dengan kekayaan adat yang mengalir di dalam darah mereka. “Suami saya berdarah Minang asli dan saya berdarah Betawi dan Jawa Timur. Kami sangat ingin dalam pernikahan kami adat tetap ditonjolkan walaupun bisa dikatakan dalam banyak hal kami sangat modern,” terang Elisyah.