Tradisi Sunda Membalut Pernikahan Senya & Dicky di Balai Kartini
Tak pernah terlintas sebelumnya di benak Senya dan Dicky untuk saling menyukai. Keterlibatan keduanya dalam acara amal yang merupakan tugas kuliah lah yang lalu menggugah rasa, dan menuntun mereka menuju jalan cinta. Meski berkuliah di kampus dan jurusan yang sama, tak pernah ada yang spesial dalam hubungan pertemanan Senya dan Dicky. Hingga akhirnya, ketika masa perkuliahan menginjak semester enam, Senya dan Dicky diwajibkan mengadakan acara amal sebagai tugas kuliah. Tugas ini pun membuka jalan bagi Dicky untuk mendekati Senya. Pendekatan ini berhasil, meski hubungan mereka hanya bertahan tiga bulan.
Tak pernah terlintas sebelumnya di benak Senya dan Dicky untuk saling menyukai. Keterlibatan keduanya dalam acara amal yang merupakan tugas kuliah lah yang lalu menggugah rasa, dan menuntun mereka menuju jalan cinta. Meski berkuliah di kampus dan jurusan yang sama, tak pernah ada yang spesial dalam hubungan pertemanan Senya dan Dicky. Hingga akhirnya, ketika masa perkuliahan menginjak semester enam, Senya dan Dicky diwajibkan mengadakan acara amal sebagai tugas kuliah. Tugas ini pun membuka jalan bagi Dicky untuk mendekati Senya. Pendekatan ini berhasil, meski hubungan mereka hanya bertahan tiga bulan.
Di semester akhir, Senya dan Dicky mencoba merajut kembali tali yang pernah terputus. Kegagalan hubungan sebelumnya memberi banyak pelajaran yang melanggengkan hubungan keduanya hingga bertahan empat tahun. Hal itulah yang membulatkan tekad Dicky untuk melamar Senya.
Perbedaan latar budaya, antara Senya sebagai mojang Priyangan sementara Dicky dari Lampung, tidak menyulitkan keduanya dalam menyusun konsep. Dicky dan keluarga menyerahkan sepenuhnya kepada keluarga Senya untuk menggelar pernikahan dengan tema tradisional Sunda sebagaimana budaya leluhur Senya.
Crowne Plaza Hotel, pagi itu terpilih lagi menjadi tempat mereka mengikat janji suci pernikahan. Serangkaian prosesi adat Sunda dijalani oleh Senya dan Dicky seusai akad nikah. Resepsi dengan tema yang lebih modern pun digelar malam harinya di Balai Kartini, dengan tari-tarian Sunda sebagai sentuhan tradisional yang mengantar Senya dan Dicky berjalan menuju pelaminan.