Pernikahan Sunda Bernuansa Silver, Pink dan Ungu

DIAN APRILIANTI & MUHAMMAD TIFFANDI - 16 APRIL 2016
| 10412

Tidak ada kado yang paling indah dan dinanti kecuali sebuah pernikahan. Tepat sehari setelah ulang tahunnya, Dian menikah. Baginya pernikahan ini menjadi kado terindah seumur hidupnya.

Tidak ada kado yang paling indah dan dinanti kecuali sebuah pernikahan. Tepat sehari setelah ulang tahunnya, Dian menikah. Baginya pernikahan ini menjadi kado terindah seumur hidupnya.

Dian dan Tiffandi bertemu dan kenal pertama kali di Jakarta. Meski bermukim di kota yang berbeda, tidak menghambat keduanya untuk meluangkan waktu bertemu. Tiffandi yang bekerja di Bogor rela menemui Dian yang bekerja sebagai pramugari di Jakarta. Di awal pertemuan Dian tidak merasakan ketertarikan pada Tiffandi yang membuat keduanya lost contact. Beberapa bulan kemudian, pertemuan terulang lagi dan kembali berakhir lost contact..

Karena sama-sama berasal dari Bandung, Dian dan Tiffandi janjian untuk pulang ke Bandung bersama. Tidak disangka, keduanya tinggal di komplek yang sama, dan hanya berbeda beberapa blok. Dian tinggal di Jalan Mars, sedangkan Tiffandi di Jalan Pluto. Ini menjadi awal keduanya mulai sering bertemu, hingga mulai tumbuh rasa suka hingga memutuskan untuk berpacaran. Meski awalnya Tiffandi ingin segera menikah, namun ia mengerti alasan Dian yang ingin menunggu sampai diangkat menjadi pegawai tetap. Jalan pun terbuka pada Februari 2016 ketika Dian berhasil menjadi pegawai tetap.

Selama perencanaan pernikahan, Dian yang lebih banyak mengurus dengan dibantu wedding organizer. Tiffandi menyerahkan segala sesuatu yang disukai Dian sebab katanya untuk hadiah ulang tahun jadi semuanya sesuai kemauan Dian. Alhasil di tengah kesibukan kerja, Dian berusaha untuk meluangkan waktu menyiapkan pernikahan. Dan menurut Dian, Google dan Instagram sangat memudahkannya mencari vendor.

Hari bahagia itupun tiba. Di tengah dekorasi serba putih yang dipadukan dengan beberapa warna favoritnya seperti ungu, pink, dan silver, Dian dan Tiffandi menjalani ragam prosesi Sunda seperti saweran, suap-suapan hingga bakakak ayam, yang ditutup dengan sungkeman. Meskipun terbersit rasa sedih, namun semua terhapus dengan kebahagiaan menyambut babak baru.

BACK
TO TOP